Mohon tunggu...
noor johan
noor johan Mohon Tunggu... Jurnalis - Foto Pak Harto

pemerhati sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Letnan Kolonel Soeharto Komandan Serangan Umum 1 Maret 1949

28 Februari 2022   19:48 Diperbarui: 28 Februari 2022   19:49 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenderal Soedirman, Letnan Kolonel Soeharto, Rosihan Anwar, Frans Mendur, di Markas Gerilya Desa Pojong, 8 Juli 1949 (foto Ipphos)

Letnan Kolonel Soeharto                                                                                 

Komandan Serangan Umum 1 Maret 1949                                                                                                                                                

"Didorong" Empat Menteri

Tidak tanggung-tanggung, setelah "didorong" oleh  empat orang menteri  yaitu; Menteri Koordinator Politik-Hukum--Keamanan Mahfud MD, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nabil Makarim, ditambah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X---seperti tergambar dalam seminar secara daring yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Yogyakarta pada 16 November 2021, usulan tanggal 1 Maret sebagai hari besar nasional  yang sudah diajukan sejak tahun 2018 akhirnya dikabulkan.  Berdasarkan Keputusan Presiden no 2 tahun 2022 tanggal 24 Februari 2022, memutuskan bahwa tanggal 1 Maret  sebagai hari besar nasional tidak libur dan diberi nama sebagai hari;  "Penegakan Kedaulatan Negara."    

 

Ditetapkannya 1 Maret sebagai hari "Penegakan Kedaulatan Negara" adalah dalam rangka memperingati  Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin Komandan Wehrkreise III Letnan Kolonel Soeharto, pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama rakyat Yogyakarta bahu membahu dalam serangan itu.

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang diinisiasi (digagas) oleh Sultan Hamengku Buwono IX seperti ditulis dalam buku Tahta Untuk Rakyat---Celah-celah Kehidupan Hamengku Buwono IX, disunting oleh Atmakusumah, penert PT Gramedia Jakarta 1982, halaman 79-80; "Segera ia mengirim kurir untuk menghubungi Panglima Besar di persembunyiannya, meminta persetujuannya untuk melaksanakan siasatnya dan untuk langsung menghubungi komandan gerilya. Pendek cerita, Sultan Hamengku Buwono IX kemudian berhasil mendatangkan komandan gerilya yakni Letnan Kolonel Soeharto. Dalam pertemuan di kompleks Keraton, yang berlangsung sekitar 13 Pebruari 1949, Hamengku Buwono IX menanyakan kesanggupan Letnan Kolonel Soeharto untuk mempersiapkan serangan umum dalam waktu dua minggu. Dan komandan gerilya menyatakan kesanggupannya."

 

Dalam seminar tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai salah satu pembicara menarasikan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 antara lain; "Perlawanan terus dilakukan Indonesia hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengirim surat kepada Panglima Besar Soedirman dan menganjurkan agar mengadakan serangan guna merebut kembali Yogyakarta dari tangan Belanda. Panglima Soedirman menyetujui saran ini dan meminta Sri Sultan berkoordinasi dengan Letnan Kolonel Soeharto. Sri Sultan dan Letnan Kolonel Soeharto kemudian sepakat untuk melakukan Serangan Umum 1 Maret 1949."

Membekali  LN Palar Bicara di PBB

Adalah serangan itu berawal dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX  mendengar  berita dari radio bahwa wakil Indonesia di Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Lambertus Nicodemus (LN) Palar akan mendapat kesempatan bicara di forum PBB pada awal Maret 1949. Memang sejak tentara Belanda melakukan agresi militer kedua pada 19 Desember 1948, berhasil menduduki Yogyakarta dan menangkap Presiden Wakil Presiden dan beberapa orang Menteri,  sejak itu pula  Belanda  memberitakan  kepada dunia  internasional bahwa Indonesia sudah tidak ada.

 

Maka momentun LN Palar akan bicara di forum PBB harus dibekali dengan bukti  yang kuat untuk disampaikan di forum itu  bahwa Indonesia masih ada.  Pada waktu itu sudah  beberapa kali pasukan Brigade X dipimpin Letnan Kolenel Soeharto  melakukan penyerangan ke markas dan pos-pos tentara Belanda di Yogya pada malam hari menggunakan strategi perang gerilya (buku; Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta---Latar Belakang dan Pengruhnya, penerbit Seskoad, 1989). Dilakukan strategi perang gerilya  sesuai dengan Parintah Siasat no 1 tahun 1948,   yang dikeluarkan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman sesaat sebelum meninggalkan Yogyakarta untuk meminpin perang gerilya.  Namun serangan yang dilakukan malam hari itu tidak berdampak signifikan dan masih bisa ditutupi oleh Belanda.                                         

Karena itu, sebelum LN Palar bicara di forum PBB, Sri Sultan merencanakan serangan besar-besaran pada siang hari. Untuk itu Sri Sultan mengirim surat melalui kurir kepada Panglima Besar yang saat itu berada di Markas Gerilya di Desa Sobo, Kecamatan Pakis Baru, Pacitan, Jawa Timur (buku Laporan Dari Banaran, oleh TB Simatupang, penerbit Sinar Harapan 1980, hal 193), menyampaikan rencananya itu. Panglima Besar membalas surat Sri Sultan yang isinya menyetujui rencana tersebut dan meminta untuk berkoodinasi dengan Komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto.                                 

Jelas dan tandas   bahwa Serangan Umum 1 Maret 1949  diinisiasi (digagas) oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX,  dan Letnan Kolonel Soeharto sebagai Komandan Brigade X  yang kemudian diubah  namanya menjadi Wehrkreise III, adalah pengusa militer daerah pertempuran teritorial Yogyakarta yang  memimpin serangan tersebut.                                                          

Peristiwa Tanpa Pelaku

Menjadi agak janggal karena   tidak menyebut nama kedua tokoh tersebut berkaitan dengan penetapan 1 Maret sebagai hari besar nasional. Adalah  Serangan Umum 1 Maret itu operasi militer yang dibantu rakyat Yogyakarta, maka menjadi sangat naif jika tidak menyebut nama komandan operasi militer tersebut.

Mengenai penetapan hari besar nasional tanggal 1 Maret tidak  menokohkan seseorang menjadi patut dipertanyakan. Bagaimana mungkin satu peristiwa terjadi tanpa ada pelaku yang membuat peristiwa itu? Bagaimana satu operasi militer atau pertempuran tanpa menyebut nama  komandannya?

Tentu tidak mungkin  membicarakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanpa menyebut nama Bung Karno dan Bung Hatta. Begitu pula dengan  membicarakan Serangan Umum 1 Maret 1949 tanpa menyebut nama Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Letnan Kolonel Soeharto.   

Sedangkan Mahfud MD sebagai pembicara kunci di seminar itu dalam paparannya sama sekali tidak menyebut nama Letnan Kolonel Soeharto sebagai pimpinan Serangan Umum 1 Maret 1949. Mahfud MD membacakan makalah sekitar 13 menit  antara lain;  "Ini adalah bentuk kolaborasi masyarakat sipil dan militer, dirancang oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan Panglima Besar Jenderal Sudirman, dilaksanakan bersama oleh TNI dan rakyat Yogyakarta."

 

Bunga Pertempuran

Fakta sejarah bahwa  Serangan Umum 1 Maret adalah  kolaborasi  antara sipil dan  militer. Kolaborasi antara pasukan Wehrkreisi III  dan  rakyat Yogyakarta. Rakyat Yogyakarta ikut dalam serangan itu berdasarkan "dawuh Ngarso Ndalem", sedangkan pasukan Wehrkreise III berdasarkan perintah komandannya Letnan Kolonel Soeharto.

Menyebut serangan itu "dirancang" oleh Pak Dirman dan Sri Sultan adalah sangat tidak mungkin. Saat itu Jenderal Soedirman  berada di Desa Sobo,  Kecamatan Pakis Baru, Kabupaten Pacitan,  Jawa Timur (buku Laporan  Dari  Banaran, oleh Jenderal TB Simatupang, penerbit Sinar Harapan, 1980), sedangkan Sri Sultan Hamengku Buwono berada di Keraton  Yogyakarta.  Bagaimana mungkin dari tempat yang berjarak ratusan kilometer mereka berdua merancang serangan umum sedangkan alat komunikasi saat itu dapat dikatakan tidak ada kecuali komunikasi melalui kurir. 

Mengenai Serangan Umum 1 Maret 1949, Jenderal AH Nasution, pada saat peristiwa itu sebagai Panglima Komando Jawa berkedudukan di Yogyakarta,  menuliskan di memoarnya, Memenuhi Panggilan Tugas---Kenangan Masa Gerilya, penerbit CV Haji Masagung, 1983, jilid 2, halaman 134; "Letnan Kolonel Soeharto mengambil keputusan untuk menyerang kota Yogya tanggal 1 Maret, sehingga mata internasional terbuka." Pada halaman 135 ditulis; "Pak Dirman puas sekali dengan keadaan di Yogya. Dalam satu surat beliau kepada saya, disebutkan bahwa Letnan Kolonel Soeharto adalah 'bunga pertempuran'."

Adalah sejarah sebagai dinamika masa lalu tentang sebuah peristiwa, merupakan interaksi  dan dialektika tokoh tokoh yang terlibat  dalam satu peristiwa yang menjadi sejarah. "Sejarah adalah guru kehidupan," kata filsuf Yunani Tullius Cecero. Peristiwa apapun yang terjadi di masa lampau adalah pembelajaran yang membawa pesan  untuk melangkah ke  masa depan yang lebih baik. Dari sejarah kita belajar.  

Saya akhiri tulisan pendek ini dengan mengutip potongan kata pengantar  Budayawan Radhar Panca Dahana (almarhum) di buku saya, 100 Tahun Pak Harto; "Karena itu, sejarah sudah mestinya ditegakkan seperti tiang bendera besi yang lurus lempang, bukan rumput atau benang basah yang meliuk atau bengkok hanya dengan tiupan angin kecil. Suharto saya kira mesti diperiksa, dipelajari dan dinilai kembali secara obyektif, berdasarkan data-data obyektif, menempatkannya secara proporsional dalam sejarah bangsa ini. Sebagaimana dulu Suharto melakukan pada pendahulunya. Sebagaimana seharusnya bangsa yang beradab, atau bangsa yang ingin mengembalikan keluhuran adabnya. Dengan memulihkan secara profesional pemimpin besar (sebagaimana banyak pengakuan dari pelbagai negarawan dunia) Suharto, sesungguhnyalah kita juga memulihkan keadaban kita agar tidak lebih jatuh dari kenadiran yang mencekam saat ini." []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun