Mohon tunggu...
noni okt
noni okt Mohon Tunggu... -

pemerhati dan penikmat kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Nyolot ala Petugas Custom Bea Cukai Juanda Airport

2 November 2012   06:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:05 4783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Senin, tanggal 29 Oktober 2012, saya kembali ke tanah air setelah menghabis waktu seminggu di negara tetangga untuk studi banding (istilah yang dipinjam dari anggota DPR, untuk urusan jalan-jalan).
Saya membawa satu buah backpack berukuran besar (sekitar 60 liter) yang saya masukan ke dalam kabin karena saya membawa banyak cairan berukuran 100ml keatas. Kebanyakan cairan tersebut berhubungan dengan perawatan tubuh (conditioner rambut, sabun mandi, pembersih muka, pelembab tubuh) yang saya beli selama kunjungan keluar negri.

Sebelumnya, saya bermalam sejenak di airport Kualalumpur untuk transit beberapa jam saja, karena pesawat berikutnya baru berangkat pagi sekitar jam 6 kurang.

Pesawat yang saya tumpangi tiba di airport Juanda Surabaya (di terminal kedatangan international) sekitar pukul 830 lebih.

Lalu melewati pos pemeriksaan imigrasi bersama iringan para TKI, saudara setanah air yang menjadi pahlawan devisa di negri jiran.

Saat hendak keluar ke pintu 'EXIT' barang bawaan saya (1 backpack ukuran 60 liter dan 1 backpack kulit ukuran kecil) harus diperiksa dengan mesin untuk medeteksi apakah mengandung barang bawaan yang berbahaya.

Prosedur yang umum ini ada pada setiap airport, agar tidak ada orang yang bisa menyelundupkan barang berbahaya/ obat-obatan terlarang dari luar negri ke Indonesia.

Setelah barang-barang saya melewati mesin, seorang petugas custom bea cukai menghentikan saya.
Katanya, lampu menyala pada mesin tersebut sehingga diduga ada barang yang mencurigakan.
Karena petugas itu seorang laki-laki (namanya Deni), saya meminta supaya ada petugas perempuan saja yang bisa mendampingi saya untuk pemeriksaan tersebut.

Tanpa dipisahkan di ruangan khusus, barang bawaan pribadi saya di dalam tas backpack tersebut dikeluarkan, sementara penumpang dan petugas lainnya bolak balik menuju pintu keluar menuju aula kedatangan internasional.

Sejujurnya saat itu saya sudah merasa tidak nyaman, karena perlakuan petugas bernama Deni tsb, yang tidak bersikap ramah dan meminta saya langsung mengeluarkan barang tanpa menjelaskan apa indikasinya saya ditahan.

Ternyata dalam tas saya, ada sabun cair yang pecah (di dalam kantong plastik), dan petugas perempuan memeriksa cairan tersebut. Diduga cairan tersebut memberikan sinyal palsu/ false alarm bahwa ada bahan berbahaya dalam tas saya.

Sebelumnya mereka menanyakan alasan perjalanan saya keluar ngeri dan saya jelaskan kepada kedua petugas yang ada, bahwa saya seorang dokter dan perjalanan saya keluar negri dalam rangka traveling.
Petugas itu meminta paspor saya (padahal apakah memang hak petugas bea cukai melihat-lihat paspor penumpang?) dan melihat bahwa saya mempunyai riwayat perjalanan ke Amsterdam (stamp tersebut setahun yang lalu, menunjukkan saya exit lewat Schipol).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun