Mohon tunggu...
Nonk Mardjono
Nonk Mardjono Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Tertarik masalah pendidikan, kesehatan, keluarga, wisata, kuliner, kebudayaan dan lain-lain. Mencoba menulis cerita fiksi, mudah-mudahan segera terwujud. Aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sindrom Kaki Goyang

21 November 2024   09:26 Diperbarui: 22 November 2024   10:46 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah Anda melihat seorang pria sedang duduk, tapi kakinya bergoyang terus nggak bisa diam? Seperti layaknya tukang jahit, bekerja menggunakan mesin jahit yang digerakkan kaki. Malam ini aku nggak sengaja bertemu dengan salah seorang diantaranya.

Ketika dokter melakukan tindakan angiografi venoplasti untuk suamiku, aku diminta menunggu di Ruang Tunggu Keluarga Pasien. Di ruangan itu sudah banyak menunggu, keluarga pasien lain yang dirawat di ruang ICU & Intermediate atau pasien yang sedang dioperasi. Ruang tunggunya sunyi dan dingin, hanya terdengar sayup-sayup suara TV dan AC. Difasilitasi locker besi susun 10 pintu, televisi dan 10 kursi tunggu. Masing-masing kursi tunggu dengan 3 seaters dan bersandaran tangan, sambung menyambung dalam satu rangka besi.

Ketika aku masuk, hanya ada 2 kelompok kursi tunggu yang relatif kosong. Yang satu di tengah ruangan, dengan 3 seaters yang kosong semua. Sedangkan yang satu di dekat pintu masuk, dengan 2 seaters yang kosong -- kursi sebelah kiri sudah diduduki seorang pria berusia +/- 25 tahun. Aku langsung menuju kursi pertama dengan 3 seaters-nya kosong semua. Tapi ternyata aku kedinginan, karena letaknya persis di bawah AC central. 

Akhirnya aku pindah ke kursi ke-2 yang sudah diisi mas-mas. Kuletakkan tas dan botol minuman di kursi tengah, dan duduk di kursi pinggir kanan. Selintas kulirik mas yang duduk di kursi pinggir kiri, sedang asyik main games di HP-nya. Senyam-senyum sambil serius memainkan jarinya dengan lincah. 

Satu hal yang sangat mengganggu aku, kakinya bergoyang terus seperti tukang jahit dengan mesin jahit yang digerakkan kaki! Kadang beberapa saat berhenti sebentar, tapi lanjut lagi sambil tetap asyik mainkan HP. 

Aku terganggu sekali karena kursiku ikut bergoyang dan membuat kepalaku pening. Mau menegur kok nggak enak banget, tapi tetap berharap dia akan berhenti walaupun tidak kutegur. Mungkin dia ngerasa kalau aktivitas kakinya mengganggu, akhirnya pindah duduk di luar Ruang Tunggu Keluarga Pasien. Aku bisa bernapas lega, melanjutkan bacaan doa memohon kepada Allah untuk kelancaran operasi suamiku.

Dipicu rasa penasaran dengan sindrom kaki goyang yang dilakukan mas-mas tadi, aku mencoba mencari info dari siloamhospital.com. Kenapa hal itu bisa terjadi? Apakah dia sedang sakit sehingga nggak bisa mengontrol kakinya? Ataukah karena faktor psikologis, sedang cemas menunggu keluarganya yang dioperasi? 

Hasil pencarian, aku rangkumkan sebagai berikut:

Sindrom kaki gelisah atau Restless Legs Syndrome (RLS) adalah suatu kondisi ketika seseorang mempunyai keinginan sangat kuat untuk menggerakkan kaki saat sedang beristirahat. Hal ini biasanya didorong oleh rasa tidak nyaman pada kaki. Gejala RLS kerap muncul saat tubuh sedang beristirahat di malam hari, yang bisa memengaruhi kualitas tidur. Kondisi ini juga dapat bertambah buruk saat tertidur yang disebut dengan periodic leg movements of sleep.

RLS mungkin terjadi pada sekitar 5--15% populasi. Gejala sindrom ini bisa terjadi sebelum usia 45 tahun (early onset) dan berkembang secara perlahan. Namun RLS juga dapat timbul ketika seseorang berusia di atas 45 tahun (late onset) dengan perkembangan penyakit yang cepat. Kondisi ini lebih sering ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Terdapat dua jenis sindrom kaki gelisah, yaitu sindrom kaki gelisah primer dan sindrom kaki gelisah sekunder.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun