Mohon tunggu...
Noni Sidabutar
Noni Sidabutar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mari menjadi pecinta lingkungan...

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tantangan Perkotaan

28 Januari 2016   14:00 Diperbarui: 28 Januari 2016   14:47 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang menjadi isu lingkungan global berdasarkan pembangunan keberlanjutan adalah populasi, pendapatan, urbanisasi, layanan kesehatan, makanan, ikan, pertanian, materi, dan energi. Jumlah penduduk  hampir selalu meningkat. Untuk Afrika, tingkat pertumbuhannya cenderung lebih besar dibandiingkan Asia. Eropa dan Amerika Utara memiliki rendahnya pertambahan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat menjadi masalah yang baik dan buruk juga. Jumlah penduduk sekarang mencapai 6 milyar padahal pada tahun 1973 adalah 4 milyar.

Di beberapa negara, keinginan untuk membatasi jumlah penduduk menyebabkan diadakannya kebijakan spasial yang mempercepat pertumbuhan pusat-pusat sekunder. Berbagai kebijakan utama makro ekonomi, sosial, dan sektoral seringkali bertentangan dengan kebijakan desentralisasi. Investasi yang didukung pemerintah dan lembaga bantuan sering melakukan pemusatan investasi, seperti membangun fasilitas transportasi, lembaga pendidikan, dan kesehatan. Yang menjadi kabar baik adalah pertumbuhan penduduk akan mencapai  penurunan di seluruh dunia. Dipengaruhi oleh faktor: keluarga berencana, pertumbuhan pendapatan, dan pendidikan untuk wanita Rogers et al. (2006).

Menjelang akhir abad ini, hampir separuh penduduk dunia akan tinggal di daerah perkotaan mulai dari kecil sampai kota besar. Sistem ekonomi dunia juga semakin menerapkan sistem ekonomi perkotaan, dengan menggunakan jarring-jaring komunikasi, produksi, dan perdagangan. Di banyak Negara, berbagai industri dan perusahaan jasa tertentu dikembangkan di daerah pedesaan. Akan tetapi industri itu didukung infrastruktur dan jasa berkualitas tinggi, dengan sistem telekomunikasi modern yang memastikan bahwa kegiatan mereka merupakan bagian sistem industri perkotaan nasional (global), akibatnya daerah pedesaan sedang “dikotakan”.

Pada perkembangan dunia ini beberapa pemerintah kota memiliki listrik, sumber daya, pelatihan karyawan untuk menyiapkan pertumbuhan populasi, pelayanan, dan fasilitas lain yang dibutuhkan pada kehidupan manusia, seperti air bersih, sanitasi, sekolah, dan transport. Akibatnya menjamurnya permukiman liar dengan fasilitas minim,  kepadatan bangunan yang meningkkat, transport umum yang sangat ramau dan tua, jalan raya juga, bus dan kereta api, perhentian bus, jalur public, dan lokasi pencucuian. Penyediaan air mengalami kebocoran, pengurangan teknanan air yang memungkinkan masuknya air buangan/ selokan ke  dalam sistem air minum. Besarnya populasi di kota membuat tidak adanya air pada sistem perpipaan, besarnya jumlah buangan atau jalan.

Semakin banyak jumlah penduduk miskin di kota yang terserang penyakit, sebagian besar karena lingkungan dan dapat dicegah atau dikurangi secara drastis hanya dengan investasi sedikit. Penyakit pernafasan yang akut, TBC, parasit di usus, dan berbagai penyakit lain yang berhubungan dengan sanitasi yang buruk dan air minum yang terkontaminasi (diare, disentri, hepatitis, dan tifus). Pencemaran udara dan air belum dianggap menjadi masalah di kota-kota dunia ketiga karena pembangunan industri masih rendah. Kenyataannya, ratusan kota mempunyai kepadatan pabrik yang tinggi. Masalah pencemaran udara, air, kebisingan, dan limbah padat telah meningkat cepat dan dapat menimbulkan permasalahan lingkungan daan kesehatan penduduk, permasalahan ekonomi, dan pekerjaan.

Hampir di sebagian besar perkotaan, disajikan dengan limbah. Kualitas air memburuk karena emisi partikel dan sulfur oksida, kandungan nitrat dan pupuk-pupuk lainnya. Banyak daerah yang dekat dengan daerah pembuangan limbah menunjukkan kerusakan. Deindustrilisasi kota diimbangi dengan tumbuhnya sector jasa, yang membawa masalahan sendiri. Kecenderungan untuk menciptakan kesempatan yang memindahkan sumber pencemaran industri yang berat dari lokasi permukiman dan kawasan bisnis.

Pertumbuhan penduduk sering sekali terjadi pada penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini dipengaruhi oleh kesempatan ekonomi di perkotaan. Hal ini terjadi pula di sepanjang Saluran Kanal Barat, dimana jumlah manusia yang tinggal sangat berbeda dari tahun 2010 ke 2015. Menurut Rogers et al. (2006), negara denga pendapatan per kapita rendah, memiliki dampak paling besar untuk terkena kekurangan air, dan negara tersebut dengan populasi tinggi dibandingkan dengan negara berpendapatan tinggi.

Kelangkaan air umumnya kebutuhan domestik, industri, dan irigasi pertanian melebihi 40% pada area permukaan. Kotak berbeda warna mengindikasikan populasi yang kekurangan air. Hal tersebut juga terjadi di Jakarta, air baku yang diterima cenderung berjumlah lebih sedikit dengan kualitas yang buruk akibat tercemar.

Selain itu, berkembang pula jarring apung, yang dapat mempengaruhi kualitas air baku Jakarta tersebut. Ikan sangat penting pada jarring-jaring makanan, yang terus berkembang tahun 1984-1995. Daerah tutupan lahan juga semakin berkurang, seiring dengan pemanfaatan lahan menjadi perumahan atau daerah insutri.

Pertumbuhan ekonomi global yang terjadi membawa berbagai dampak seperti meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan energi. Pentingnya memberikan perhatian kepada air baku air minum, karena manusia akan bergantung pada pemenuhan air bersih, dampak ke depannya dari pertumbuhan jumlah penduduk dan energi akan lebih dari yang dapat dipikirkan manusia, dan lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun