Mohon tunggu...
Noni Anggraini
Noni Anggraini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan berbagi ilmu sepanjang masa

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Nyoblos” Bukan Hanya Urusan Laki-Laki

25 Januari 2014   22:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="nandarson.worspress.com"][/caption]

Pemilih pemula yang akan terlibat dalam pemilu 2014 ini mencapai lebih dari 20% dari jumlah pemilih, dan ironisnya 60% lagi menyatakan tidak memberikan hak pilihnya alias golput. betapa malunya ketika Indonesia yang termasuk Negara terbesar keempat Demokrasi harus diperjuangkan dan berhasil dan jangan sampai demokrasi kita terpuruk.

Menurut hasto saat mengisi acara Talk Show Jogja Cerdas Memilih yang diadakan RRI jogjakarta . Golput itu masa lalu di alam demokrasi ini kita itu tinggal milih saja kok, mau milih yang jelek kita kejeblos mau milih yang baik kita bisa hidup makmur. Kita harus mengambil kesempatan untuk memilih siapa bakal calon yang akan kita pilih nanti baik dari legislatif maupun capres. Dari data yang di dapat dari KPU di kota Yogyakarta saja ada 360 orang yang sudah terdaftar untuk mencalonkan diri untuk menjadi wakil rakyat. Namun taukah masyarakat siapa saja calon yang akan mereka pilih? Nah hal ini menjadi masalah karena bisa jadi hal ini dimanfaatkan oleh para calon untuk melancarkan money politik atau cara licik lainnya .

Kemudian jika kita melihat betapa banyaknya pemberitaan di media massa terutama televise yang memberitakan bagaimana keadaan negri kita terutama di pemerintahan, banyaknya yang melakukan tindak pidana korupsi, kemudian kebijakan yang dibuat seolah dibuat sebelah mata, menghambur-hamburkan uang Negara untuk belanja rapat pembuatan undang-undang yang tidak pernah menemukan titik temu, diskusi alot yang dilakukan para walik rakyat dengan cara bicara yang menurut mereka adalah inteleg, juga memberikan konstribusi terhadap peningkatan jumlah golput di Indonesia, sebenarnya golput bukan hanya berasal dari mereka yang tidak melek politik justru karena mereka tau akan keburukan dan seluk beluk calon sehingga membuat mereka berfikir bahwa antara memilih dan tidak memilih toh tidak ada bedanya, tapi rasa pesimis itu harus kita singkirkan karena diantara semua calon yang akan maju untuk merebutkan kursi untuk menjadi orang yang nomor satu di Indonesia.

Banyak sekali calon-calon yang berlomba untuk menghamburkan uang mereka untuk membeli iklan di media televise, media cetak seperti baliho, poster, kaos, dll. Sebenarnya hal itu dilakukan karena mereka tidak percaya diri dengan diri mereka masing-masing. Hal ini juga diungkapkan pak Agus selaku ketua Panwaslu Yogyakarta “para calon yang sering kali memasang poster, menunggangi atau memberikan sponsor pada acara diskusi karena mereka tidak PD akan program kerja mereka, visi misi mereka sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan cara-cara licik untuk meraih kemenangan.”

Untuk itu kita sebagai calon pemilih harus cerdik dalam memilih calon wakil rakyat karena satu suara kita akan menentukan bagaimana nasip kita 5 tahun kedepan. Untuk itu kita harus memahami langkah- langkah untuk bisa menjadi pemilih cerdas.

1.Observasi,

Kita lihat visi misinya, bagaimana program kerjanya dan bagaimana perjalanan hidupnya, lalu lewat apa kita bisa mengetahui itu semua? Ya jaman teknologi sekarang ini kita bisa mendapatkan informasi itu baik dari websitenya dan parpolnya, dan kemudian dilihatlah yang terbaik dari semua yang menjadi pilihan

2. Kritisi

Bagaiaman programnya yang ditawarkan, apakah peka/ peduli terhadap perempuan tidak?, mendukung HAM atau tidak,  mendukung kebinekaan gak? semuanya aharus dipertimbangkan

3.Share

Setelah anda mengkritisi maka lihatlah apakah ada yang jelek atau tidak jika ditemukan kejelekan atau kecurangaan. Maka harus segera di share, apa kegunaannya? Ya di negri ini jika undang-undang tidak mampu lagi menjerat para calon yang berbuat curang, jika para hakim belum bisa berbuat adil terhadap yang dijatuhi hukuman maka yang bisa kita lakukan adalah memberi sangsi sosial terhadap oknum yang terindikasi melakukan kecurangan, agar bisa menjadi pelajaran yang lainnya untuk tidak melakukan hal yang sama. Kemudian lewat apa kita bisa menyebarkannya? Ya sosial media.

Sunarto, salah satu kru dan ketua pendengar RRI di paguyuban mengatakan bahwa untuk menjadi pemilih yang cerdas itu memerlukan proses pendidikan bagi pemilih, keterlibatan tokoh agama ataupun tokoh masyarakat bahkan bila perlu semua dilibatkan. Bagi calon pemilih coba tanyakan lewat apapun itu kan teknologi sekarang sudah canggih cari tahulah mengenai pengetahuan mereka seperti apa?, komitmen mereka terhadap korupsi, penegakan hukum Negara seperti apa, kemudian mintalah pertanggung jawaban mereka seperti apa.

Untuk para wanita , kita juga perlu memberikan hak pilih kita, jangan biarkan kita dipengaruhi oleh uang, dan bantuan yang telah diberikan para calon agar terpilih. Walaupun ibu-ibu harus nurut terhadap perkataan suami namun untuk 4 april 2014 ini kita harus independen untuk memilih karena kita memiliki hak yang sama untuk memberikan hak pilih kita karena nyoblos itu bukan hanya urusan laki-laki saja.

Pak Sunarto berpesan, semoga para calon-calon pemilih nanti untuk punya komitmen untuk bersedia memberikan suara, menjunjung tinggi hak demokrasi mengutamakan kesejarteraan umum, kelestarian lingkungan dan dan jangan sampai 4 april 2014 kita seperti memilih kucing dalam karung.

Gunakannlah hak pilih anda suara anda sangat berarti , suara anda sangat menentukan 5 tahun kedepan.

Jadikan nyoblos pemilu pertamamu menjadi sensasi hidupmu.

Salam nusantara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun