Mohon tunggu...
NONI RAHADATULAISY
NONI RAHADATULAISY Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI

hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perundungan di Pondok Pesantren yang Berujung Kematian

20 Maret 2024   17:02 Diperbarui: 20 Maret 2024   17:05 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Bullying masih menjadi topik hangat sampai saat ini baik dilingkup pendidikan formal maupun non formal dalam kalangan remaja. menerut coloroso, bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan secara berulang- ulang oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih lemah, dilakukan dengan sengaja dan bertujuan untuk melukai korbannya secara fisik maupun emosional. Olweus, bullying at school, (Australia: Blackwell, 1994), 9.

Perilaku tidak terpuji tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain: rasa senioritas, diskriminatif, korban ketidak harmonisan dalam keluarga , dan yang menjadi korban memiliki kekurangan dari segi fisik maupun psikis. Ada 2 macam bullying, yaitu: verbal dan non-verbal. Bullying verbal biasanya dilakukan menggunakan ucapan atau kata-kata yang buruk, sehingga membuat sang korban menjadi tidak percaya diri dan dikucilkan. Contoh dari bullying verbal itu sendiri adalah mencaci maki, mengolok olok, dan menyatakan umpatan kebencian kepada sang korban. Lalu bullying non-verbal adalah kekerasan melalui tindakan oleh pelaku yang meyebabkan cedera ringan hingga fatal, bahkan dapat menyebabkan kematian. Pelaku melakukan tindakan ini secara individu maupun kelompok dan juga menganggapnya sebagai candaan.

Bullying terjadi dimana saja termasuk juga dipondok pesantren, seperti yang sedang marak-maraknya beredar diberita dan media social. Yaitu kasus bullying pada pondok pesantren Al Hanifiyah Kediri, hingga menewaskan salah satu santrinya. Pada tanggal 23 Februari tahun 2024, pelaku merupakan senior berinisial MN (18), MA (18), AF (16), serta AKA (17)  melakukan penganiayaan kepada juniornya yang bernama  Bintang Balqis Maulana sebagai santi asal Banyuwangi. "(Pelaku) emosi sesaat. Jawaban (korban) saat ditanya (pelaku) tidak nyambung tidak sinkron, sikapnya melotot. Akhirnya dipukul," ujar Rini Puspitasari kepada kompas.com, Rabu (28/2/2024).

 Bullying ini terjadi selama tiga hari berturut turut. Ditanggal 20 februari siang  pemukulan pertama terjadi pada dada, punggung, pipi dan bagian tubuh lainnya, ia juga disundut menggunakan rokok, pemukulan ini dipicu oleh alasan korban menolak untuk bersih bersih lingkunagn pondok karena baru saja sembuh dari sakit. Kemudian pemukulan kedua terjadi pada tanggal 21 februari malam akibat sang korban tidak mau mengikuti sholat berjamaah. Lalu pemukulan kembali terjadi  pada tanggal 22 februari siang karena korban sering mengadukan masalah yang ada di pondok pesantren kepada ibunya bernama Suyanti (38). Penganiaayan selama tiga hari berturut-turut ini membuat kondisi tubuh korban menjadi memperihatinkan dan wajahnya juga  menjadi semakin pucat. Keesokanya para tersangka membawa korban ke RS Arga Husada Ngadiluwih sekitar pukul 03.00 Jumat, 23 februari 2024 korban dinyatakan meninggal dunia. Sebelumnya korban sempat menghubungi ibunya agar dia dijemput pulang ke rumah, akan tetapi sang ibu tidak langsung menyetujui permintaan sang anak dan sabar hingga bulan Ramadhan tiba. Semula pihak pesantren mengatakan bahwa Bintang Balqis Maulana meninggal akibat terjatuh di kamar mandi. Namun saat jenazah diangkat terungkap bahwa ada ceceran darah keluar dari keranda jasad. Seketika itu sang ibu sangat menyesal karena menolak permintaan terakhir anaknya.

Dari kejadian ini menyebabkan para orang tua ragu untuk mendaftarkan anaknya di pondok pesantren, kekhawatiran tersebut membuat pondok pesantren dinilai buruk atas keamanannya, serta mencoreng nama baik pondok pesantren yang dinilai sakral sebagai wadah menuntut ilmu dan memperdalam ilmu agama. Dalam hal ini kewaspadaan perlu ditingkatkan dimana pun tempatnya, karena pondok pesantren juga tempat untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik dengan menerapkan aturan untuk disiplin dan mempelajari ilmu agama, bahkan didalamnya bukan hanya terdapat orang baik akan tetapi juga orang-orang yang berusaha memperbaiki diri dan akhlak nya.

DISUSUN OLEH : NONI RAHADATUL AISY

                               LUTFIA NIDAUL FAHRIA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun