Ketika sunyi menyapaku di malam itu
Imaji membawaku ke pulau seberang
Sampai aku menepi di pelabuhan yang paling sunyi
Disitu aku melihat Engkau masih menepi, menyendiri
Raut wajahmu sedih, leti, menanti yang tak kunjung pulang
Rasa penantian mu begitu membius, menusuk jiwamu
Rasa sunyi setia menemani di pelabuhan hatimu
Rasa begitu hebat untuk kekasih, selalu menantiÂ
Pada penantian yang entah bagaimana akhirnya
Harapan selalu menjelma angan dan doa
Padaku, engkau menitipkan sebuah kata datang
Sebab pelukanmu yang akan menyambut ku  pulang,Â
Engkau tersenyum melihatku, ditemani air mata berlinang di pipimu
Menangis mewakili rasa penantianmu terlalu lama
Engkau memegang tanganku, lalu meluk dengan erat
Sedang aku terpaku bisu, melihatmu penuh cinta juga kasih
Setidaknya Imajiku telah menemukan kita di waktu tak nyata
Sekiranya aku rasa pelukmu adalah yang paling menenangkan
Kemudian aku mendadak egois, tidak ingin orang lain merasakannya juga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H