Mohon tunggu...
Putri E. Soeharto
Putri E. Soeharto Mohon Tunggu... lainnya -

Dulu baik-baik, sekarang agak sarkastik. Listens to rap, writes about modern culture, captures personal style in JakartaStyleJournal.com, and eats cold udon.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa Ngeluh

27 Juli 2011   10:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:20 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan rahasia lagi bahwa orang Indonesia itu seringkali menjelek-jelekkan apa yang ada di negeri sendiri, dan mengagung-agungkan apa yang ada di negeri seberang. Lingkungannya kotor, orang-orangnya item, pemimpinnya begitu... Selalu ada alasan bagi orang Indonesia untuk menjelek-jelekkan negaranya sendiri.

Akui deh, dari antara kita pasti ada yang pernah mencetuskan kalimat ini: "Aduh.. Orang Indonesia tuh, ya!". Saya seringkali tertawa mendengar keluhan ini. Lah, wong situ orang Indonesia juga, toh? Kenapa malah menjelek-jelekkan diri sendiri? Lebih parahnya, setelah mengeluarkan keluhan tersebut, orang itu malah melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan orang yang ia keluhkan tadi: nyalip mobil di jalanan. Saya cuma bisa geleng-geleng kepala akan keanehan negeri ini. Ups, sekarang malah saya yang ngeluh!

Beda halnya bila sedang membicarakan negeri lain. Kakek saya setiap kali baru pulang dari Amerika pasti omongannya cuma satu: ya, Amrik. Hijaunya Amrik, bule-bulenya Amrik, wisatanya Amrik, makanannya Amrik. Saya dan anggota keluarga lainnya cuma bisa tertawa dan menyindir: "Iya, iya, Opa.. Amrik emang bagus.. Paling bagus!". Kakek saya pun langsung diam. Kami pun setuju dalam hati bahwa kami berhasil menghentikan Kakek dalam mengumbarkan cerita yang sama berulang kali.

Lihat maksud saya? Kita tidak suka orang memamer-mamerkan betapa indahnya di luar negeri dibandingkan negeri sendiri, tapi saat melihat hal-hal 'cacat' yang ada di depan kita, kita langsung mengeluarkan caci-maki. Sebenarnya kita ini bangsa apa sih?

Kalau saya boleh bicara satu dua kata sih, menurut saya bangsa kita adalah bangsa ngeluh. Kerjaannya ngeluuuh melulu. Habis ngeluh, ya ngeluh lagi. Nggak ada tindakannya. Lingkungan kotor? Ngeluh aja sambil buang sampah sembarangan. Orang-orangnya item? Ngeluh aja tapi lupa kalau kulitnya juga berwarna coklat-coklat sawo. Pemerintahnya korupsi? Ngeluh aja, terus diam-diam memanipulasi uang perusahaan. Ngeluh, tapi tindakannya sendiri juga patut dikeluhkan.

Satu hal yang tidak terlalu jauh dari ngeluh adalah menyalahkan. Paling sering sih, menyalahkan pemerintah. Saya sampai kasihan sama mereka-mereka yang ada di DPR. Jangan-jangan mereka bersin terus gara-gara kebanyakan diomongin. Kalau ada berita tentang kematian, kemiskinan, pendidikan yang kurang bermutu, pasti kita selalu nyalahin pemerintah. Tapi kita sendiri, saat diminta bantuannya, langsung pura-pura sibuk atau menghindar.

Sepatutnya kita memang malu dengan kebiasaan ini. Tapi satu hal lagi yang identik dengan bangsa kita: kita tidak punya urat malu. Melaju di jalur TransJakarta, ndak malu. Tawuran, ndak malu (bangga, lagi!). Korupsi, apalagi! Kalau pemerintah ketahuan melakukan tindakan korupsi di Jepang, orang itu bisa menjadi sangat malu. Saking malunya ia sampai ingin bunuh diri. Di sini? Mana ada yang seperti itu. Adanya malah makin menjadi-jadi dan kalau ketahuan, kabur aja ke negara tetangga.

Ups, saya jadi mengeluh lagi. Memang saya ini asli orang sini, sukanya ngeluh...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun