Hingga bulan Agustus ini masih banyak sekolah-sekolah di negara kita yang melakukan sistem pembelajaran secara daring. Hal tersebut tentu tidak lepas dari wabah covid 19 yang nampaknya semakin hari masih mengalami peningkatan. Tentunya sekolah daring di masa pandemi menjadi pilihan yang aman untuk anak-anak.
Kendala Sekolah Daring Di Masa Pandemi
Beberapa waktu yang lalu rumah saya kedatangan tamu seorang wali murid yang mengeluh kepada kakak saya yang notabene adalah seorang guru di salah satu SMK. Sang ibu menceritakan anaknya yang sedang menangis karena tidak bisa mengikuti sekolah online dikarenakan Hpnya sedang rusak.
Si ibu ini meminta kakak saya untuk menyampaikan hal ini kepada guru mapel tersebut karena si anak belum bisa mengerjakan ataupun mengirimkan tugas lewat online. Si ibu yang memang tergolong keluarga menengah ke bawah memang belum mampu untuk membeli HP lagi. Bahkan ia berencana hutang dulu, atau mencari HP yang harganya murah semisal Hp bekas.
Bukan Cuma ibu di tempat saya yang kebingungan ternyata, bahkan ibu-ibu dilain tempat juga sama. Mereka sibuk mencari kredit HP murah agar anaknya bisa tetap sekolah online. Belum lagi warga yang benar-benar miskin dari mana mereka mampu membeli Hp ataupun pulsa untuk bisa sekolah daring di masa pandemi seperti ini.
Nampaknya kendala internet dan fasilitas HP maupun laptop menjadi kendala utama bagi anak-anak didik di masa pandemi ini. Sedang untuk ibu di rumah tentu saja kendala utamanya adalah keuangan domestik dan menahan emosi ketika mengajari anak di rumah.
Solusi Sekolah Daring Di Masa Pandemi
Sekolah TK di tempat saya  nampaknya mendapatkan bantuan pulsa 50 ribu untuk tiap anak. Namun itu sepertinya belum dilakukan oleh seluruh sekolah. Buktinya saudara saya yang di Sewon Bantul mengaku untuk anaknya yang duduk di bangku SD belum ada bantuan penggantian pulsa.
Saat saya berdiskusi dengan kakak yang pengajar memang katanya pihak sekolah bisa menganggarkan bantuan pulsa untuk siswa dengan dana BOS. Mungkin yang jadi pertanyaan akankah anak-anak benar-benar menggunakan pulsa tersebut untuk sekolah daring, jangan-jangan untuk bermedsos ria atau main di Youtube. Untuk itu para siswa benar-benar harus memanfaatkan fasilitas dengan sebaik-baiknya jangan sampai kemudahan internet malah tidak dimanfaatkan dengan baik, tapi hanya untuk kegiatan huburan atau kegiatan yang unfaedah lainnya.
Solusi yang kedua sekolah bisa mengadakan program guling, alias guru keliling. Hal ini tentunya akan meringankan siswa dengan perkiraan biaya transportasi memang dibebankan sepenuhnya pada pihak guru dan sekolah. Namun yang menjadi kendala adalah untuk setingkat SMA banyak murid-murid yang rumahnya berjauhan bisa lain kecamatan, bisa dibayangkan capenya guru berguling-guling dari kecamatan satu ke kecamatan lain. Metode guru keliling tampaknya lebih tepat untuk anak sekolah TK maupun SD.
Susahnya sekolah daring di masa pandemi mungkin amat terasa bagi masyarakat bawah, sedangkan orang-orang berduit tidak terlalu mempermasalahkan masalah internet. Atau warga perkotaan yang tersedia spot wifi gratis di mana-mana tentunya itu keberuntungan mereka bisa terus belajar daring saat era covid seperti ini.