Beberapa tahun lalu, dalam kuliah Pengembangan Masyarakat, saya diberitahu bahwa tak ada yang bisa menjelaskan potret suatu daerah lebih baik daripada masyarakat lokalnya sendiri. Keindahan, keburukan dan keanekaragaman budayanya terekam dalam benak mereka hingga ke detail-detailnya. Ritme kehidupan sehari-hari bisa tergambar dengan alami karena mereka yang menjalani. Inilah mengapa penelitian dan pembangunan harus dilakukan bersama masyarakat lokal, karena mereka yang lebih tahu bagaimana keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakatnya.
Mungkin ide inilah yang menginspirasi para penggagas Photovoices, program untuk memberdayakan masyarakat melalui pelatihan fotografi dan dokumentasi kehidupan melalui pelibatan masyarakat secara partisipatif. Sounds like a Community Empowerment lecture, huh? Haha..walau kedengarannya serius, tapi percayalah Photovoices ini adalah suatu hal yang menarik. Just keep reading…
Kegiatan ini diawali dengan pelatihan fotografi oleh para fotografer National Geographic kepada masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil. Jangan bayangkan pelatihan fotografi profesional dengan kamera DSLR yang lensanya sepanjang belalai..kamera yang digunakan adalah kamera poket biasa. Masyarakat di Lamalera, NTT dan Danau Sentarum, Kalimantan Barat kemudian memotret hal-hal di sekeliling mereka. Kedekatan mereka dengan alam, tradisi sehari-hari, lingkungan tempat mereka mencari nafkah dan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Menarik ya?
Foto-foto karya fotografer amatir ini (etapi keren-keren lho) kini dipamerkan di Pameran Foto Photovoices, 21-23 April 2010 di American Corner, Gedung Perpustakaan Institut Teknologi Bandung. Event ini terbuka untuk umum dan gratis. Bila berencana datang berombongan, ada tur yang disediakan penyelenggara. Info lebih lanjut silakan baca ini.
Lalu untuk apakah foto-foto ini nantinya? Dari penjelasan di situsnya, rupanya Photovoices adalah program berkelanjutan. Bukan sekedar pelatihan, jepret-jepret lalu pameran saja. Cerita-cerita di balik foto tersebut tentunya bermanfaat untuk memahami keadaan dan kebutuhan masyarakat. Pelibatan masyarakat dari mulai pendokumentasi, story-telling, hingga pengambilan masyarakat menjadi nilai lebih kegiatan ini.
April 21st, 2010 | Posted by nonadita
“We can’t read or write but these photographs can speak for us.”
-Penduduk desa Tibet di Provinsi Yunnan
Sumber foto: Galeri Photovoices “Voices from the Archipelago“