Mohon tunggu...
Harirotul Fikri
Harirotul Fikri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Psikologi UIN Malang '10| Pengagum sastra | Nyaman berada di kereta, senja dan padang ilalang | Bermimpi jadi penulis dan pebisnis | Penah ingin lanjut S2. Pernah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Terlupakan dari Hari Ulang Tahun

19 November 2014   14:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:26 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416356978464351507

[caption id="attachment_376460" align="aligncenter" width="512" caption="http://katamaghriza.wordpress.com"][/caption]

Adalah sesuatu yang biasa jika sebagai orang yang berulangtahun, saya ingin mendapatkan ucapan selamat dan doa dari orang-orang terdekat. Lekat di memori kita bahwa hari ulang tahun adalah hari dimana banyak doa-doa dari rekan kerja ataupun teman membanjiri diri kita, meskipun hari ulangtahun kita bukanlah hal yang sulit untuk diketahui lagi. Sebagian dari mereka yang mengucapkan selamat bukan berarti tahu, lalu ingat dengan hari ulang tahun kita, melainkan sering dari mereka justru diingatkan oleh media-media sosial saat ini, semisal facebook, dan sebagainya. Sedikit menggelikan memang, tapi yang penting adalah ketulusan mereka saat mendoakan kita.

Hari ulangtahun juga berguna untuk dijadikan patokan sudah berapa lama kita hidup di dunia ini. 9 atau 13 tahun, dan seterusnya. Ukuran kedewasaan menurut medis juga diukur dengan hitungan umur pertahun itu sendiri. Maka tidak heran jika banyak dari kita menganggap bahwa hari ulangtahun adalah hari yang istimewa bagi kita. Istimewa untuk mengenang hari pertama kita menghirup udara di dunia.

Sebagian dari orang-orang merayakan hari ulangtahun dengan perayaan meniup lilin yang tersemat di atas kue ulangtahun yang penuh dengan cream coklat. Sebagian lagi banyak yang merayakannya dengan menggunakan tumpeng untuk suguhannya. Ada juga yang mengadakan acara doa bersama, mendoakan si empunya hari ultah, dan sebagian yang lain tidak menganggap bahwa hari ulangtahun adalah hari yang istimewa, maka mereka sama sekali tidak melakukan 'ritual' apapun.

Ada yang luput dari perhatian saya selama ini. Berbagai pesta dan peringatan hari ulangtahun selalu dipenuhi dengan iring-iringan doa untuk orang yang ulangtahun itu sendiri. Sedangkan yang baru terlintas dalam benak saya adalah perjuangan orang yang melahirkan saya, Ibu. Selama ini kita (atau mungkin hanya saya?) hanya terpaku pada orang yang dilahirkan, bukan orang yang melahirkan. Bukan berarti saya menyalahkan hal tersebut, hanya saja alangkah baiknya jika kita tidak saja mengenang salah satu dari objek yang sama-sama penting yang terjadi di hari tersebut, beberapa waktu silam.

Dengan mengingat jasa orang tua pada waktu itu, serta perjuangan beliau dalam melahirkan kita yang sangat luar biasa tersebut, mungkin hikmah yang dapat kita ambil dari sini adalah tumbuhnya rasa sayang yang lebih dan lebih kepada orang tua kita. Selain itu, dengan mengenang, kita juga akan sekaligus melayangkan doa untuk beliau-beliau yang sangat berjasa atas kelahiran kita.

Terimakasih Ibu, Ayah.

Malang, 19 November 2014

07:26 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun