Ibu pikir, dia lelaki baik-baik.
Pikirku jelas tidak! Dia lelaki terjahannam yang pernah ku temui. Setan! Pastia dia menyamar sebagai kesatria di depan ibu yang sedang kesepian.
"Ada hana, Bu...." protesku ketika ibu mengelus kepalaku, menjelaskan akan ada ayah lagi dalam hidupku.
Aku ingat betul saat ibu mengajakku berbicara tentang pentingnya teman hidup buat ibu, Mbak Laila, dan aku pastinya. Padahal aku pernah bersumpah kepada  Nat, jika aku akan menemani ibu sampai akhir hayatku.
Maka datanglah ia, lelaki yang benar-benar telah menjadi srigala. Yang bermanis muka di depan ibunda, dan menjelma menjadi srigala saat bunda tak ada.
Sudah tiga tahun sejak lelaki itu menjadi 'bapak baru' bagi aku dan Mbak Laila. Setiap ada kesempatan, ia selalu mendatangi Mbak Laila, menindihnya dengan membawa pisau kecil di tangannya. Aku sedih melihat kakakku menangis. Aku tau Mbak Laila selalu menahan tangis dan ketakutan yang amat sangat.
Aku selalu berpura-pura tidak tahu. Pura-pura tertidur membelakanginya dengan memeluk Nat, sahabat setiaku. Aku mendengar dengan jelas di sela-sela suara anehnya, ia berkali-kali mengancam akan membunuh Mbak Laila, aku, dan ibuku dengan pisau yang senantiasa digenggamnya jika Mbak Laila tak mau menutup mulutnya rapat-rapat.
Maka aku juga terbungkam meskipun tak ada seorangpun yang membungkamku.
Jika aku sudah besar nanti, aku akan membeli pisau yang lebih besar untuk membunuhnya. Ya. Aku harus membunuhnya. Aku akan menjelaskan kepada ibu betapa bajatnya lelaki itu! Aku berjanji pada Nat disuatu pagi sebelum berangkat sekolah.
~0~
Aku tak pernah mengerti apa yang dipikirkan orang dewasa. Tidak, maksudku, apa yang ada di pikiran ibu dan lelaki itu.