Gelaran Piala Dunia Tahun 2018 kali ini mungkin bisa dikata penuh dengan kejutan. Bagaimana tidak, sejak babak kualifikasi banyak tim-tim besar, langganan piala dunia gagal menembus babak kualifikasi seperti Italia, Belanda, Turki hingga Paraguay. Pada fase grup yang menggunakan victory point pun juga harus meminta tumbal tim besar juara bertahan Jerman yang gagal melaju pada babak 16 besar.
Tidak berhenti dari situ, pada babak 16 besar juga harus memulangkan Argentina, Portugal dan Spanyol. Terlepas dari itu, ada yang menarik pada babak 16 besar ini, karena Jepang sebagai satu-satunya wakil Asia lolos tembus 16 besar. Sempat tidak diunggulkan pada fase grup karena harus bertemu dengan wakil Amerika yaitu Kolombia, wakil Afrika Senegal dan wakil Eropa Polandia.
Namun Jepang tidak patah arang, dengan determinasi yang kuat Jepang mampu mengalahkan Kolombia dengan skor tipis 2-1 pada pertanding perdananya. Mungkin ini pertandingan penuh emosi, karena kita tau, pada Piala Dunia 2014 di Brazil Jepang gagal lolos dari fase grup karena harus kalah dari Kolombia. Pada pertandingan kedua pun Jepang mampu mengimbangi permainan cepat dari Senegal. Sempat tertinggal dua gol terlebih dahulu, Jepang akhirnya bisa menyamakan kedudukan melalui gol Shinji Kagawa dan Yuya Osaka.
Pada pertandingan terakhir fase grup, Jepang harus mengakui keunggulan dari Polandia dengan skor tipis 0-1. Meski begitu Jepang berhak lolos ke babak 16 besar meski raihan point sama dengan Senegal karena jumlah kartu kuning yang lebih sedikit dari Senegal.
Pada babak 16 besar yang barusan digelar kemarin malam ini menyuguhkan permainan yang menarik. Bagaimana tidak Jepang harus melawan dengan tim kuat Belgia yang sedang dalam generasi emasnya. Seusai turun minum, secara mengejutkan Jepang menampilkan performa cantiknya. Hanya dalam tempo tujuh menit sejak babak kedua dimulai, papan skor telah munjukkan keunggulan 2-0 bagi Tim Samurai Biru.
Bayang-bayang lolos ke delapan besar untuk kali pertamanya bagi Jepang pun tampak di depan mata, kendati pertandingan masih menyisakan waktu 38 menit waktu normal. Namun alih-alih ingin pragmatis mempertahankan hasil dengan skema parkir bus, Jepang malah tetap mengusung permainan cantiknya secara terbuka.
Pelatih Belgia, Roberto Martinez, langsung bereaksi usai Belgia tertinggal selisih dua goal. Sadar timnya menang dalam duel udara, maka dia langsung memasukkan pemain postur tiang listrik dalam diri Marouane Fellaini dan sprinter segar dari sosok Nacer Chadli. Alhasil Belgia secara seketika menyertakan kedudukannya menjadi 2-2 tatkala waktu masih menyisakkan 16 menit. Semua goal terjadi melalui udara, dengan tandukan fantastis Jan Verthongen dan Lord Fellaini.
Seakan tak percaya dengan ketertinggal dua goal, nahkoda Jepang, Nishino tetap melakukan permainan ngeyelnnya yang ofensif. Hingga masa injury time, terjadi sebuah serangan balik yang cukup epic, Tak perlu lama cukup tiga kali operan, disertai dengan Back heels Romelu Lukaku yang langsung disantap oleh Chadli yang kemudian membuahkan goal untuk memastikan kemenangan yang dramatis bagi tim Belgia. Jepang pun tersingkir dan Belgia lolos ke babak 8 besar.
Meski begitu semangat juang timnas Jepang patut untuk diapresiasi. Jepang belajar banyak atas ketidaklolosannya pada fase grup di Piala Dunia 2014 Brazil. Tentunya ini bukanlah sesuatu yang instan, butuh suport dari beragam elemen. Mulai dari pembinaan masa kecil yang berjenjang, kompetisi yang berjalan sengit nan tertib hingga soal pengawasan finansial klub bola yang memberikan jaminan bagi pemain untuk bermain bola secara profesional.
Sepertinya Indonesia harus belajar banyak seperti Jepang. Indonesia harus telah selesai dengan segala permasalahan internalnya baru kemudian berbicara mengenai pentas Piala Dunia. Terima kasih Jepang, telah menunjukkan energy of Asia melalui pemain-pemain lincahnya meski kerap kali kalah dalam duel udara. Pulanglah dengan kepala tegak.
Sugoi, Arighato Timnas Jepang !