Mohon tunggu...
Tamaria
Tamaria Mohon Tunggu... -

Sang nomad di negeri seberang samudera

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Komunitas Kapitalis?

23 Oktober 2011   22:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo nomad!

Saya teringat beberapa kejadian di waktu silam ketika saya bertemu dengan orang-orang baru yang menanyakan alamat facebook saya. Dan sejak hampir 8 bulan yang lalu jawaban saya adalah cengir lebar dan "gak punya" yang kemudian dibalas dengan tatapan bingung tak percaya.

Saya kenal jaringan sosial sejak tahun 2002 ketika friendster memulai situs mereka dan menjadi cukup terkenal sehingga orang-orang kerap kali menanyakan alamat FS setelah nomor telepon ketika berkenalan. Sekarang, pertanyaan yang saya dapat pertama kali adalah "alamat FB lu apa?" ketimbang nomor telepon.

Ketika RIM memproduksi BlackBerry tahun 1999, belum banyak orang tahu keberadaannya. Di Indonesia sendiri waktu itu hanyalah operator XL yang berani menawarkan paket BlackBerry. Namun beberapa tahun kemudian dengan berkembangnya sistem pesan instan mereka, semakin banyak orang tertarik menggunakan BB. Dan berikutnya pertanyaan yang cukup tenar di kalangan pengguna telepon genggam adalah "nomor pin BBM lu brapa?" dan sekai lagi cengir lebar itu kembali.

Banyak kenalan saya yang menggunakan BBM (BlackBerry Messenger) sebagai tempat untuk ngobrol bareng yang akhirnya membuat saya terkadang ketinggalan info.

Ada beberapa orang yang saya kenal mengaku bahwa mereka membuka akun facebook untuk sekedar pasang nama karena mereka sering mengalami masa-masa cengir lebar seperti saya.

Identitas. Seperti banyak grup di facebook yang mengklaim menyukai atau membenci sesuatu dimana banyak orang yang bergabung karena grup tersebut menyuarakan pendapat pribadi mereka tentang subjek tertentu.

Facebook, friendster, BBM, bahkan merek-merek pakaian dan produk-produk konsumen lainnya secara tidak langsung telah mengkotak-kotakkan manusia kedalam komunitas-komunitas produk.

Ketika seseorang tidak bergabung dengan facebook, ia mungkin akan ketinggalan berita terbaru tentang ujian minggu depan. Ketika sembilan dari sepuluh orang dalam 1 kumpulan menggunakan BBM maka satu orang lainnya akan merasa tertinggal.

Karena pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial dan hal ini amat dimengerti oleh para pengusaha dan agen-agen periklanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun