Mohon tunggu...
Nola Sriana
Nola Sriana Mohon Tunggu... Lainnya - KKN DR 2020 IAIN BUKITTINGGI

Assalamualaikum, Salam Sejahtera untuk kita semua sahabat sosial media. Perkenalkan saya Nola Sriana, jurusan Pariwisata Syariah IAIN BUKITTINGGI. Semoga tulisan saya ini bermanfaat yaa. Amiin

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penting! Harus Tahu Gejala, Cara Mengobati, dan Mencegah Penularan Covid-19

24 Juni 2020   15:12 Diperbarui: 24 Juni 2020   15:22 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

7. Mata merah. Penelitian di China, Korea Selatan, dan beberapa negara lain menunjukkan, sekitar 1 hinga 3 persen penderita Covid-19 juga mengalami gejala konjungtivitis atau mata merah muda. Ketika kondisi ini terjadi, maka sudah ada potensi untuk menularkan. Konjungtivitis terjadi akibat peradangan karena adanya virus pada lapisan jaringan tipis dan transparan yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata yang disebut konjungtiva. Kondisi mata merah muda patut dicurigai sebagai tanda Covid-19 saat diikuti beberapa tanda lain seperti demam, batuk, atau sesak napas.

8. Kehilangan bau dan rasa. Hilangnya kemampuan dalam mencium bau dan rasa bisa menjadi gejala yang tidak biasa pada penderita Covid-19 dengan tingkatan kasus ringan hingga sedang. Sejumlah ahli menyebutkan, anosmia, yang berarti hilangnya penciuman, ditemukan menjadi salah satu gejala yang dialami sejumlah pasien. Hal ini juga membuat berkurangnya napsu makan penderita. Menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery, anosmia ditemukan terjadi pada pasien positif Covid-19 yang tak mengalami gejala lainnya. Analisis baru pada kasus ringan di Korea Selatan juga menunjukkan hal yang sama. Sekitar 30 persen pasien kehilangan kemampuan penciuman. Di Jerman, pasien yang dikonfirmasi juga memperlihatkan anosmia.

9. Kelelahan. Orang yang mengalami kelelahan ekstrem bisa menjadi tanda awal virus corona. WHO melaporkan, hampir 40 persen dari 6.000 orang positif Covid-19 mengaku seperti mengalami kelelahan. Rasa lelah ini bahkan dapat berlanjut lama setelah virus hilang. Laporan sejumlah penelitian menyebutkan, orang-orang yang telah pulih dari Covid-19 mengaku masih merasa kelelahan dan kekurangan energi setelah masa pemulihan beberapa minggu.

10. Sakit kepala, sakit tenggorokan, dan hidung tersumbat. Laporan WHO juga menemukan, hampir 14 persen dari hampir 6.000 pasien Covid-19 di China mengalami gejala sakit kepala dan sakit tenggorokan. Sementara, hampir 5 persen mengalami hidung tersumbat. Meskipun bukan tanda umum dan lebih mirip ke flu, akan tetapi gejala Covid-19 pada dasarnya bisa tampak seperti flu termasuk sakit kepala dan masalah pencernaan.

Mengobati COVID-19 

Sumber: alodokter
Sumber: alodokter

Obat-Obatan yang Diduga Bisa Mengatasi Infeksi Virus Corona

Berikut ini adalah beberapa obat-obatan yang diduga bisa mengatasi infeksi virus Corona atau COVID-19:

1Favipiravir. Favipiravir adalah obat antivirus yang digunakan untuk mengatasi beberapa jenis virus influenza yang tergolong dalam jenis virus RNA. Salah satunya adalah virus influenza A yang menyebabkan flu burung dan flu babi. Obat ini melawan virus dengan menghambat kerja enzim RNA polimerase yang berperan dalam memperbanyak jumlah virus. Bila enzim ini dihambat, virus jadi tidak bisa berkembang biak dan jumlahnya di dalam tubuh menjadi berkurang. SARS-CoV-2 juga tergolong dalam jenis virus RNA. Itulah sebabnya, favipiravir disinyalir bisa mengontrol jumlah virus dalam tubuh penderita COVID-19 sehingga kondisi paru-paru penderita bisa membaik.

Sudah ada beberapa penelitian yang menunjukkan keampuhan obat ini dalam menurunkan jumlah virus dan mempercepat perbaikan paru-paru penderita COVID-19. Efek sampingnya pun minimal. Namun, obat jenis ini hanya boleh digunakan sesuai anjuran dokter dan tidak diperuntukkan bagi ibu hamil. Selain itu, sebenarnya masih dibutuhkan uji klinis lebih lanjut untuk bisa menetapkan favipiravir sebagai obat resmi untuk mengatasi COVID-19.

2. Klorokuin. Klorokuin atau chloroquine adalah obat antimalaria yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi penyakit malaria. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan untuk mengatasi rheumatoid arthritis, lupus, dan amebiasis. Beberapa uji coba mengenai klorokuin pada penderita COVID-19 telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup baik. Namun, sama seperti favipiravir, masih dibutuhkan uji klinis lebih lanjut yang diawasi oleh WHO (World Health Organization). Jadi, hingga saat ini, keefektifan dan keamanan klorokuin untuk melawan virus SARS-CoV-2 masih belum jelas dan penggunaan obat ini pada kasus COVID-19 pun belum disahkan oleh WHO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun