Mohon tunggu...
Lala
Lala Mohon Tunggu... Penulis

Suka nulis, suka mikir, kadang overthinking tapi produktif. Pernah ikut kursus psikologi dari Yale dan Mini MBA dari IBMI Berlin—karena belajar itu seru, apalagi kalau bisa dibagi. Sempat tercatat di Asian Book of Records, alhamdulillah bukan karena hal viral. Di Kompasiana, saya nulis buat ngobrol—dengan diri sendiri dan siapa pun yang nyempetin baca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ribuan Kilometer Menuju Kamu

11 April 2025   06:00 Diperbarui: 10 April 2025   19:50 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil Wattpad Lala

Ribuan Kilometer Menuju Kamu (Burung Albatros)

1 Hari Sebelum Pernikahan

Dina mengelus sampul diary usangnya dengan lembut, seolah menyentuh kenangan yang tersimpan di baliknya. Jemarinya gemetar menyusuri huruf-huruf yang mulai memudar di kulit sampul, seakan waktu telah mengikis setiap detail, tetapi tidak dengan cerita yang tertulis di dalamnya. Buku itu berwarna merah muda, dengan gambar hati kecil di tengahnya yang kini hampir tak terlihat. Sebuah diary yang telah ia simpan selama bertahun-tahun, menjadi saksi bisu dari segala rasa yang pernah ia tumpahkan.

Dina menatap gaun berwarna peach yang tergantung rapi di balik pintu lemari. Gaun itu adalah simbol dari perannya sebagai bridesmaid besok. Namun, di balik keanggunan gaun itu, ada kegelisahan yang tak terungkap. Ia masih tidak bisa menyangka bahwa hari ini akhirnya tiba---hari di mana ia akan menjadi saksi perjalanan cinta Gendis dan Bayu. Dua orang yang telah ia kenal sejak lama, dua orang yang telah mewarnai hidupnya dengan cerita-cerita yang tak terlupakan.

Malam ini, di kamar hotel yang sunyi, Dina memutuskan untuk membuka kembali diary itu. Sudah lama ia tidak menyentuhnya. Diary ini bukan sekadar buku harian biasa. Ini adalah janji yang ia buat bertahun-tahun lalu---janji untuk memberikannya kepada Gendis di hari pernikahannya. Dan besok, janji itu akhirnya akan terpenuhi.

### **3Tahun Lalu** 

Dina masih ingat betul hari itu, seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Ia membuka halaman diary-nya, dan matanya tertuju pada tulisan yang ia buat tiga tahun lalu: 

*"Hari ini Gendis menangis. Dia bilang Bayu tersenyum saat melepasnya di bandara, tapi aku tahu ada sesuatu yang patah di dalam hatinya."* 

Kalimat itu membawanya kembali ke momen yang tak pernah bisa ia lupakan. Gendis berdiri di gerbang keberangkatan, tas ransel besar tergantung di pundaknya, sementara tangannya erat menggenggam tiket pesawat. Matanya merah, sembari menatap Bayu yang berdiri beberapa langkah di depannya. Bayu berusaha tersenyum, tapi Dina tahu, senyum itu hanyalah topeng untuk menutupi luka yang sama-sama mereka rasakan. 

"Kita bakal baik-baik aja, kan?" suara Gendis bergetar, hampir seperti bisikan. Ia menatap Bayu dengan harapan yang terluka, seolah mencari kepastian yang tak pernah bisa diberikan oleh siapa pun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun