SELAMAT JALAN GURUKU
Saya kehilangan sosok motivator hidup. Orang yang telah bersusah payah degan setulus hati mendedikasikan seluruh kemampuan jiwa dan raganya mengharapkan agar pribadi kami menjadi anak-anak yang unggul, cerdas dan berkompeten.
Tujuh tahun yang lalu atas izin Allah SWT saya dan teman-teman dipertemukan dengan beliau. Tiga tahun kami bersama, sudah menganggapnya sebagai bapak, abang dan kakak buat kami. dengan pribadinya yang begitu ramah membuatnya sangat mudah berinteraksi dan berkomunikasi dengan para siswanya, menjadikannya sebagai sosok yang sangat transparan dan polos.
Dalam sela-sela pembicaraannya, selalu diselipi kalimat-kalimat motiivasi untuk menyemangati kami anak didiknya. beliau begitu terbuka untuk persolan pribadinya. Bahkan membicarakan masalah kondisi keluarga dan sosialnya pun diungkitnya. Menurut saya mungkin sebagai refleksi terhadap dirinya atas ketidakadilan hidup yang tidak selalu memihak padanya.
Beliau adalah pribadi yang keras dan tegas, namun karena kepribadian yang demikian dalam mendidik kami sebagai siswanya,sehingga membuat kami waktu itu menganggapnya sebagai musuh bukan guru.
Kami terlalu bodoh dan dini menilai cara didikan yang beliau terapkan yang menganggapnya sangat tidak manusiawi. Padahal kami tidak menyadari bahwa dengan cara mendidik seperti inilah yang akan memberikan manfaat pada masa depan kami. Dan ternyata benar, saya baru menyadari hal itu saat sekarang ini.
Empat tahun sudah kami berpisah. kami bahkan sudah tidak mengingat sesuatu apapun tentang kenangan indah apa yang pernah kami lewati bersama beliau. Mungkin sama sekali tidak ada kenangan terindah yang kami rasakan selain dididik dengan sifat tegas dan keras yang diberikan.
seiring berjalannya waktu, kami memulai aktivitas masing-masing di dunia kami yang baru. sampai membuat kami tidak mengingat masa-masa SMA dulu yang penuh dengan suka cita. Tiba-tiba rasa kerinduanku akan sosok motivator itu muncul tapi kemudian hilang diselimuti oleh kesedihan dan tangisan ketika saya membuka sebuah pesan singkat dari teman.
Guruku..!!! ternyata Tuhan lebih menyayangimu. Engkau telah tiada, engkau begitu cepat pergi bersama istrimu meninggalkan kami yang belum sempat memenuhi harapan atas motivasi dan didikan yang kau berikan kepada kami dulu.
Dulu engkau merupakan sosok yang begitu tegas dan keras tapi kiniengkau telah diam dan tenang tak bersuara. Terlalu pagi buat kami melihat kepergianmu. saya pun belum sempat memberikan ucapan terima kasih dan permintaan maaf pada dirimu.
Saya tidak menduga, musibah itu harus merenggut nyawamu dan istrimu. Menumpangi sebuah "spit boat" bersama dengan keluarga besar, perjalanan dari desa Banda Ely menuju kota Tual untuk melayat jenazah salah seorang keluarga, rupanya Tuhan telah menghendaki takdir-Nya yang lain. Menyelamatkan diri dengan melompat dari atas spit boat untuk menghindari terjadinya kebakaran akibat sebatang rokok itu, bersama dengan beberapa orang pada saat itu engkau dan istrimu yang juga sedang "mengandung" mencoba melawan dalamnya lautan untuk tetap mengapung dan bertahan diatas permukaan air laut. Tapi peristiwa itu begitu cepat. beliau dan istrinya tak tertolong.
******
Kami akan selalu berdoa kepada Allah SWT agar segala pengorbanan, dedikasi yang begitu tulus, dan kebaikan yang beliau dan istrinya berikan mendapatkan balasan yang setimpal disisi Allah SWT. Aamiin Ya rabbal alamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H