Purbalingga - Di sela-sela kesibukannya menjadi Ketua DPRD Purbalingga, H.R Bambang Irawan, S.H., M.M. mengunjungi situs Prasasti Batu Tulis yang ada di Desa Cipaku Kecamatan Mrebet. Situs Prasasti  Batu tulis yang biasa di sebut warga sekitar dengan  nama Watu Tulis, merupakan salah satu artefak sejarah penting yang ditemukan di Purbalingga.
Dalam kesempatan Tersebut, H.R. Bambang Irawan,S.H.,M.M mencoba mencari tau sejarah apa yang terkandung di dalamnya. Apakah ada kaitanya dengan sejarah berdirinya Kabupaten Purbalingga atau Justru situs ini Jauh lebih dulu ada sebelum berdirinya Kabupaten Purbalingga.
Penasaran dengan Hal itu, H.R. Bambang Irawan,S.H.,M.M mencoba untuk sharing dan bertanya pada penjaga atau juru kunci situs tersebut yang bernama Bapak R.M Tunggul Pamuji, beliau tinggal bersama kakaknya R.M Slamet Hariyadi yang merupakan keturunan Ki Ageng Mangir Wanabaya, Bantul, D.I Yogyakarta.
Di awal Obrolan H.R. Bambang Irawan menanyakan sejarah mengapa Batu yang di belakang itu tidak tergabung dengan yang ada di sini dan apa maksud atau arti dari tulisan yang ada di batu tersebut kepada juru kunci.
Dijelaskan oleh sang juru kunci bahwa batu tulis yang di belakang itu merupakan milik atau kewenangan prambanan jogja yang kebetulan ada di Purbalingga.
"batu itu di bawah kewenangan Prambanan Jogja" ungkap R.M. Tunggul.
Lebih lanjut R.M. Tunggul menjelaskan menurut Drs. Kusen, Arkeolog Universitas Gajah Mada dari rangkaian aksara yang kini sudah terkikis dan sulit untuk dibaca itu bertuliskan aksara pallawa dengan kalimat "Indra Wardhana Wikrama Deva".
"Situs tersebut masih dikaitkan dengan kerajaan Kutai Kartanegara jaman dinasti Syailendra. Namun sampai saat ini, masih sangat minim penelitian tentang Prasasti Cipaku ini sehingga belum jelas siapakah Indra Wardhana Wikrama Deva, berasal dari kerajaan apa dan kenapa ada di Purbalingga". Lanjutnya.
Dijelaskan oleh R.M. Tunggul dalam obrolannya, Ada kejadian unik saat Prasasti yang diduga berasal dari abad ke 5 Masehi ini akan dijadikan situs cagar budaya nasional. Pada saat pengambilan gambar situs tersebut menggunakan satelit, gambarnya tidak mucul alias kosong padahal titik koordinatnya sudah tepat. Hal tersebut membuat Pihak kementerian kebudayaan datang langsung untuk mengambil gambar.