Mohon tunggu...
NOGROHO DIONI GRESANDO
NOGROHO DIONI GRESANDO Mohon Tunggu... Foto/Videografer - MAHASISWA

TUHAN TIDAK BILANG ITU AKAN MUDAH, TAPI DIA BILANG DIA AKAN BERSAMA KAMU.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Tantangan Ekonomi Global: Strategi Kebijakan Bank Indonesia

13 Oktober 2024   08:31 Diperbarui: 13 Oktober 2024   08:33 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah kondisi perekonomian global yang semakin kompleks dan dinamis, Indonesia perlu menghadapi tantangan yang tidak bisa dianggap remeh. Gejolak ekonomi global yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketegangan geopolitik, perubahan kebijakan moneter di negara maju, dan fluktuasi harga komoditas, memberikan dampak signifikan pada perekonomian nasional. Dalam situasi ini, peran Bank Indonesia sebagai bank sentral menjadi sangat krusial dalam menentukan kebijakan yang dapat menjaga stabilitas ekonomi sekaligus mendorong pertumbuhan. Artikel ini membahas strategi kebijakan yang perlu diambil oleh Bank Indonesia untuk menghadapi tantangan ekonomi global, dengan fokus pada kebijakan moneter, stabilitas keuangan, dan pengelolaan nilai tukar.

Sebelum membahas kebijakan yang harus diambil, penting untuk memahami tantangan ekonomi global yang dihadapi Indonesia saat ini. Pertama, ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik, seperti perang dagang atau konflik antarnegara, berdampak pada arus perdagangan dan investasi. Kedua, kebijakan moneter ketat yang dilakukan oleh bank sentral negara maju, terutama Amerika Serikat melalui kenaikan suku bunga acuan, menyebabkan arus modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Ketiga, volatilitas harga komoditas mempengaruhi sektor-sektor yang bergantung pada ekspor, seperti pertambangan dan perkebunan.

Dengan tantangan-tantangan tersebut, stabilitas makroekonomi Indonesia berada di bawah tekanan. Inflasi yang meningkat, nilai tukar rupiah yang berfluktuasi, dan potensi melemahnya pertumbuhan ekonomi menjadi risiko yang harus diantisipasi oleh Bank Indonesia melalui berbagai kebijakan strategis.

Salah satu fokus utama Bank Indonesia adalah menjaga inflasi tetap berada dalam kisaran yang ditetapkan, yaitu sekitar 3% 1%. Inflasi yang tinggi dapat menggerus daya beli masyarakat dan mengganggu stabilitas makroekonomi. Untuk menghadapi tekanan inflasi global, yang antara lain disebabkan oleh kenaikan harga energi dan pangan, Bank Indonesia perlu menerapkan kebijakan moneter yang responsif.

Langkah yang dapat diambil adalah penyesuaian suku bunga acuan. Dalam menghadapi tren kenaikan suku bunga global, menaikkan suku bunga acuan dapat menjadi pilihan untuk menahan arus modal keluar dan mengurangi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, kebijakan ini memiliki risiko memperlambat pertumbuhan ekonomi karena dapat meningkatkan biaya pinjaman bagi sektor riil. Oleh karena itu, penyesuaian suku bunga harus dilakukan secara bertahap dan mempertimbangkan kondisi perekonomian domestik.

Selain itu, Bank Indonesia juga dapat menggunakan kebijakan operasi pasar terbuka untuk mengatur likuiditas di pasar uang. Dengan mengurangi likuiditas yang berlebihan, tekanan inflasi dapat dikendalikan. Pendekatan ini memungkinkan pengelolaan moneter yang lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Stabilitas sistem keuangan merupakan pilar penting untuk menjaga ketahanan ekonomi. Dalam menghadapi tantangan global, Bank Indonesia perlu memastikan bahwa sektor perbankan tetap kuat dan mampu menghadapi tekanan eksternal. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah memperkuat pengawasan terhadap perbankan dan lembaga keuangan non-bank untuk mengantisipasi potensi risiko sistemik.

Bank Indonesia juga perlu memperhatikan tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) di sektor perbankan. NPL yang tinggi dapat mengganggu stabilitas keuangan dan menurunkan kepercayaan investor. Oleh karena itu, bank sentral harus mendorong perbankan untuk meningkatkan kualitas kredit dan menjaga likuiditas dengan baik.

Di sisi lain, Bank Indonesia dapat memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam menjalankan kebijakan makroprudensial, seperti rasio Loan to Value (LTV) dalam sektor properti atau pengetatan likuiditas perbankan jika diperlukan. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah terbentuknya gelembung harga aset yang dapat menimbulkan ketidakstabilan finansial.

Nilai tukar rupiah yang stabil merupakan faktor penting untuk menjaga kepercayaan investor dan pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia. Gejolak ekonomi global sering kali memicu volatilitas nilai tukar yang dapat berdampak negatif pada perekonomian, terutama bagi sektor yang bergantung pada impor.

Bank Indonesia dapat menggunakan cadangan devisa untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing guna menjaga stabilitas rupiah. Intervensi ini bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar dalam jangka pendek ketika terjadi tekanan yang ekstrem. Namun, penggunaan cadangan devisa harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menguras likuiditas internasional negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun