Gak overthinking ga seru, kehidupan yang sebenarnya harus dinikmati malah sering kali dibuat stress, yang namanya hidupkan perjalanan. Di perjalanan tentu saja medan yang dilalui kadang berbeda-beda, gak selalu lurus dan gak selalu bergelombang. Kadang juga kita sebagai manusia kerap salah dalam menafsirkan makna menikmati hidup. Hidup yang dinikmati tidak selalu tentang sudah seberaa banyak keuangan yang kita miliki, sudah berapa hektar kebun yang menjadi milik kita, dan bahkan sudahkah kita memiliki alat makan yang terbuat dari emas?.
Lantas apa itu overthinking? Mari mengenal overthiking, menurut Psikologi overthinking adalah terlalu banyak berpikir tentang segala hal yang belum tentu terjadi, atau bahkan terlalu banyak berpikir tentang sesuatu hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan secara mendalam. Berpikir secara mendalam sebenarnya sangat dianjurkan, namun jika dengan berpikir terlalu mendalam membuat kita merasa takut untuk melangkah ataupun mengambil keputusan untuk maju, maka hal itu harus segera dihentikan.Â
Overthinking sebenarnya bisa memunculkan minat untuk berfilsafat secara tidak langsung. Katanya berfilsafat itu susah harus berpikir secara radikal, maksud radikal ini harus berpikir secara mendalam hingga sampai ke akarnya. Sing tenang jangan buru-buru menafsirkan waduh berfilsafat bisa menyebabkan berpikir secara radikal. Padahal makna radikal yang di maksud dalam filsafat bukan radikal seperti yang dipikirkan dan dibayangkan oleh orang-orang awam.
Setiap orang bisa memaknai rasa bersyukur dalam kehidupannya masing-masing, namun tak jarang juga sebagia manusia tersesat dalam memaknai rasa bersyukur atas kehiduan yang ia miliki. Sebelum tidur seharusnya kita berdoa bukan merasa insecure dengan pencapaian yang sudah dimiliki oleh orang lain. Jam-jam rawan untuk memberi makan si overthinking ialah pada saat sebelum tidur, di mana dalam keadaan sendiri dan sunyi. Jika kita renungkan sebenarnya terserang rasa insecure yang berujung overthinking itu hal yang tidak begitu buruk.
Bisa tergolong tidak begitu buruk jika kita bisa mengontrol akan dibawa kearah mana rasa insecure ataupun rasa overthinking yang dimiliki ini. Terkadang dengan adanya rasa insecure bisa menambah rasa semangat untuk memperbaiki kehidupan yang sedang kita jalanin. Semisal kita sedang berada di fase malas dan tidak memiliki semangat untuk mengerjakan tugas, lalu disambut oleh si rasa insecure yang tiba-tiba muncul dalam diri kita ketika tidak sengaja melihat postingan orang lain di halaman beranda Instagram. Prestasi atau pencapaian yang dimiliki oleh orang lain bisa saja menumbuhkan semangat kita untuk mendapatkan hal yang sama.
Di era digital seperti saat ini sangat mudah sekali untuk kita mendapatkan kiat-kiat rahasia sukses di usia muda misalnya. Kecanggihna yang ditawarkan oleh teknologi memang tidak bisa kita hindari, akan tetapi harus kita seleksi mana yang berdampak positif dan mana yang berdampak negatif. Lagi-lagi rasa insecure dan berakhir overthinking menyerang kita. Setelah menonton kiat-kiat rahasia sukses diusia muda, kerap kali bukannya merasa tercerahkan malah merasa minder dan merasa gagal karena diusia yang sama dengan yang memberi rahasia sukses diusia muda, kita masih berada di posisi yang biasa saja dan hampir tidak terlihat ada tanda-tanda kesuksesan yang sama dengan yang dimilki oleh orang lain. Kita tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa overthinking dan melawan insecure, namun jika kita telaah lagi manusia memang dibekali dengan rasa "ingin". Adanya rasa ingin inilah yang membuat manusia terserang rasa insecure dan overthinking, kontroling diri adalah kunci untuk menjalani hidup yang lebih santai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI