Mohon tunggu...
Nofri Lestari
Nofri Lestari Mohon Tunggu... Lainnya - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara dan Prinsip-Prinsip Etika

23 Oktober 2024   19:48 Diperbarui: 23 Oktober 2024   19:50 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan Pratap Triloka ("Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani") memberikan panduan penting dalam pengambilan keputusan seorang pemimpin. Filosofi ini menekankan bahwa pemimpin harus memberikan teladan di depan (Ing Ngarsa Sung Tuladha), menggerakkan dan mendorong dari tengah (Ing Madya Mangun Karsa), serta memberi dorongan dari belakang (Tut Wuri Handayani). Dalam pengambilan keputusan, filosofi ini berarti seorang pemimpin harus berpikir mendalam dan mempertimbangkan dampak keputusannya pada seluruh komunitas sekolah, mengarahkan kolaborasi, serta mendukung perkembangan individu, terutama siswa.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi keputusan yang kita ambil. Setiap keputusan yang dibuat seorang pemimpin mencerminkan prinsip-prinsip dasar yang dipegang teguh, seperti keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini menjadi landasan moral dalam memutuskan apa yang benar dan salah, terutama saat menghadapi dilema etika. Keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang kuat akan lebih konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan.

Materi pengambilan keputusan dalam modul pembelajaran sering kali disertai dengan kegiatan coaching yang diberikan oleh fasilitator atau pendamping. Sesi coaching ini membantu peserta untuk merefleksikan keputusan yang telah diambil, menguji efektivitasnya, serta menjawab pertanyaan atau keraguan yang mungkin muncul. Coaching bukan hanya memberikan bimbingan teknis, tetapi juga dukungan emosional dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menghadapi tantangan moral atau dilema etika. Dalam hal ini, coaching dapat menjadi alat penting untuk memperbaiki atau memperkuat keputusan yang telah diambil.

Kemampuan guru untuk mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat mempengaruhi pengambilan keputusan, terutama dalam situasi dilema etika. Kesadaran sosial-emosional membantu guru memahami dampak emosional dari keputusan mereka terhadap murid, kolega, dan seluruh ekosistem sekolah. Seorang guru yang memahami perasaan, emosi, dan motivasi orang lain akan lebih bijak dalam memutuskan, serta mampu menyeimbangkan antara kebutuhan individu dan kepentingan bersama.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika sering kali membawa kita kembali pada nilai-nilai yang kita anut sebagai pendidik. Setiap keputusan yang diambil dalam menghadapi dilema etika mencerminkan keyakinan dan integritas seorang guru. Misalnya, ketika dihadapkan pada keputusan yang berkaitan dengan keadilan atau perlakuan yang sama terhadap siswa, pendidik harus selalu kembali kepada nilai-nilai moral yang dia pegang untuk memastikan bahwa keputusannya tidak hanya benar secara prosedural, tetapi juga etis dan adil.

Pengambilan keputusan yang tepat memiliki dampak besar pada terciptanya lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, dan nyaman bagi semua warga sekolah. Keputusan yang baik akan menciptakan rasa keadilan, mendorong kerjasama antar guru, dan memperkuat ikatan antara siswa dan pendidik. Lingkungan yang positif tidak hanya mendukung proses belajar mengajar, tetapi juga menciptakan suasana yang lebih inklusif, di mana setiap individu merasa dihargai.

Dalam lingkungan sekolah, tantangan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika sering kali berkaitan dengan perubahan paradigma atau persepsi masyarakat. Misalnya, ketika dihadapkan dengan perubahan kebijakan pendidikan atau masalah etika yang sensitif, guru dan pemimpin sekolah perlu menyeimbangkan antara kebijakan formal dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih mendalam. Tantangan ini memerlukan kemampuan refleksi yang kuat serta keterbukaan untuk melihat perubahan paradigma dalam lingkungan tersebut.

Pengambilan keputusan yang tepat sangat berpengaruh pada konsep pengajaran yang memerdekakan murid. Dengan memahami potensi setiap siswa yang berbeda-beda, seorang guru dapat merancang pembelajaran yang lebih inklusif dan personal. Keputusan yang mempertimbangkan kebutuhan individual siswa memungkinkan mereka untuk berkembang secara mandiri sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Pengajaran yang memerdekakan ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab atas pembelajarannya.

Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran tidak hanya memengaruhi proses pembelajaran saat ini, tetapi juga masa depan siswa. Seorang pemimpin yang bijaksana mampu membuat keputusan yang memperhitungkan dampak jangka panjang bagi perkembangan akademik dan sosial siswa. Keputusan yang tepat dapat membuka jalan bagi siswa untuk meraih kesempatan yang lebih besar, sedangkan keputusan yang salah dapat membatasi potensi mereka.

Dari pembelajaran modul tentang pengambilan keputusan, dapat ditarik beberapa kesimpulan penting yang berkaitan erat dengan modul-modul sebelumnya. Keseluruhan modul ini membangun fondasi yang kokoh bagi para pendidik untuk menjadi pemimpin yang efektif dan beretika dalam konteks pendidikan.

  1. Keterkaitan dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara: Filosofi Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan dalam pendidikan. Modul ini mengajak pendidik untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam pengambilan keputusan, memastikan bahwa setiap keputusan mencerminkan kepentingan terbaik bagi siswa dan komunitas sekolah.
  2. Nilai dan Peran Guru Penggerak: Guru penggerak berperan sebagai agen perubahan dalam sistem pendidikan. Pembelajaran ini memperkuat kesadaran bahwa keputusan yang diambil oleh guru penggerak harus sejalan dengan nilai-nilai yang dianut, sehingga mereka dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa dan kolega.
  3. Visi Guru Penggerak: Pengambilan keputusan yang efektif berkontribusi pada pencapaian visi guru penggerak, yaitu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan siswa. Kesadaran akan visi ini harus ada dalam setiap langkah pengambilan keputusan.
  4. Budaya Positif: Pengambilan keputusan yang baik berpotensi menciptakan dan memperkuat budaya positif di sekolah. Keputusan yang mempertimbangkan kesejahteraan dan keterlibatan semua anggota komunitas akan meningkatkan rasa saling percaya dan kolaborasi di antara siswa, guru, dan orang tua.
  5. Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid: Pembelajaran ini menggarisbawahi pentingnya memahami dan mempertimbangkan kebutuhan individu siswa dalam pengambilan keputusan. Guru harus mampu merespons dengan tepat untuk memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang adil untuk belajar dan berkembang.
  6. Pembelajaran Sosial Emosional: Aspek sosial emosional menjadi landasan penting dalam pengambilan keputusan. Pendidik yang sadar akan dampak emosional dari keputusan mereka dapat lebih bijaksana dalam menangani dilema etika dan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
  7. Coaching untuk Supervisi Akademik: Modul ini mengaitkan pengambilan keputusan dengan praktik coaching yang membantu guru dalam merefleksikan dan menguji keputusan yang telah diambil. Sesi coaching mendukung guru dalam mengidentifikasi dan mengatasi tantangan dalam pengambilan keputusan, sehingga menghasilkan praktik yang lebih baik.

Konsep-konsep seperti dilema etika, empat paradigma pengambilan keputusan, tiga prinsip pengambilan keputusan, dan sembilan langkah pengambilan keputusan memberikan kerangka berpikir yang sangat berguna dalam situasi nyata. Meskipun tantangan dalam pengambilan keputusan mungkin tidak selalu terduga, pemahaman ini membantu pendidik untuk lebih percaya diri dan sistematis dalam mengatasi dilema yang mereka hadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun