19 Agustus 2022. Waktu yang tak muda untuk usia yang akan menginjak kepala 3. Demikian, si puisi manis yang kusebut dia datang dalam mimpi yang belum tiba.Â
Pukul 03.00 wita, aku lihat senja akan pergi lagi, sedang ada tukang ojek mengadu nasib di pangkalan, burung pipitpun tak hentinya mencicit kembali peraduan. Pemulung mulai keluar dari sarang mencari rejeki yang dibuang orang kaya di TPS (tempat pembuangan sampah bukan tempat pemungutan suara).Â
Pesona kota Maumerepun sedikit lagi tenggelam, pantai utara Flores menghitam dibalik langit yang sembunyi dari cahaya.Â
Huhh.. Sore lagi, kenapa senja datang begitu cepat," gumamku kesal.Â
Demikian tak ingin sore ini berlanjut bak cepat tertiup angin laut. Ku ingin seperti ini dengan pikiran yang sama mengingatnya.Â
Kalau masih ada dalam tiada yang tertidur rapih dalam kenang tak berujung tentu tak ingin sesendiri ini.Â
Demikian, dibalik pantai yang indah, aku yang kasmaran duduk di emperan toko berada dekat pantai krokowolon.Â
Teringat waktu itu pesan whatsapp begitu hangat membuat degup jantung ini seperti lagu ambon yang diputar pada malam hari, saat menempuh perjalanan dari kefa menuju ke Kupang menggunakan bis malam. Romantisnya tak ada duanya.Â
Tinggalah di sini, waktunya tiba, kita akan melihat bintang yang sama di tempat yang sama,"pesannya kala itu mengakhiri jumpa dan memulai pisah kami berdua.Â
"Yah, itu yang kita inginkan, dari hati kita yang tak ingin melepaskan satu sama lain," kucoba mendinginkan suasana dengan kata yang manis namun datar.Â
Sore itu juga ia hilang bersama laut, dengan kapal fery dan angin timur yang bertolak ke Barat membawa ia pergi ke tempat lain di belahan dunia yang lain. Maksudku di Pulau seberang.Â