Mohon tunggu...
nofita widjayanti
nofita widjayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi aktif Bimbingan Penyuluhan Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis, menyanyi, menari, menggambar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akhlak Mulia Seorang Da'i: Lemah Lembut, Pemaaf, dan Tawakal

1 Juli 2024   06:45 Diperbarui: 1 Juli 2024   06:45 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhlak Mulia Seorang Dai: Lemah Lembut, Pemaaf, dan Tawakal

Oleh: Syamsul Yakin (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) & Nofita Wahyu Widjayanti (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Akhlak muncul sebagai hasil dari reaksi spontan seseorang terhadap mad'u. Mad'u tentu akan berperilaku dengan cara yang berbeda. Ada yang lucu, ada yang menyenangkan, dan ada yang menguji batin dai.

Allah meyakinkan bahwa, dalam situasi apa pun, dai dapat menjadi lembah lembut. "Maka berkat rahmat dari Allah kamu menjadi lemah lembut kepada mereka," kata Allah dalam surah Ali Imran ayat 3 ayat 159.

Ayat ini memberikan jaminan Allah kepada Nabi dalam sejarah dakwahnya bahwa Dia akan melembutkan hatinya apa pun yang diberikan kepadanya saat dia berdakwah. Ini pasti juga berlaku untuk para dai saat ini.

Di sisi lain, sejarah menunjukkan bahwa Nabi memperlakukan orang kafir Mekah dengan ramah. Nabi melihat mad'u sebagai objek dakwah dan saudara sesama manusia yang harus dikembalikan ke jalan kebenaran. Karena mereka melakukan pelanggaran, Nabi tetap ramah. bahkan ketika mereka berusaha untuk boikot.

Nabi diboikot secara ekonomi di Mekah. Mereka mengatakan apa saja yang Nabi beli dan jual tidak boleh dibeli dan apa saja yang dia jual tidak boleh dibeli. Meskipun Mekah adalah kota merkantilis dan perdagangan adalah ciri khas masyarakatnya,

Sebagai dai, Nabi menanggapi situasi seperti itu dengan akhlak mulia. "Dan sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri darimu, maka maafkanlah mereka," kata Allah dalam surah Ali Imran ayat 3 ayat 159.

Sampai di sini, dua akhlak yang ditunjukkan oleh al-Qur'an adalah lemah lembut dan pemaaf. Allah mengatakan, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah." Dalam hal pemaaf, Dia juga mengatakan hal yang sama. "Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim" (QS. al-Syura/42: 40).

Potongan ayat, "Mohonkanlah ampunan bagi mereka" (QS. Ali Imran/3: 159), menyatakan bahwa dai harus meminta ampunan bagi mereka yang berdosa terlalu berat kepada Allah.

Nabi dilayani secara zalim oleh masyarakat Thoif saat dia berdakwah. Melihat hal itu, malaikat berkata, "Hai Muhammad, jika kamu mau, aku bisa menimpakan al-Akhsyabain (dua gunung besar yang ada di kiri dan Masjidil Haram)."  "Tidak, namun aku berharap supaya dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata-mata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun," jawab Rasulullah (HR. Bukhari).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun