Mohon tunggu...
Nofi Ndruru
Nofi Ndruru Mohon Tunggu... Guru - Hidup harus berjalan

traveller, writer, teacher

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Suara Ana Humba

25 Agustus 2017   08:10 Diperbarui: 25 Agustus 2017   12:32 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis membawakan puisi Suara Lapinu| Dokumentasi pribadi

Di malam selasa, Komunitas Humba Menulis kembali mendapat undangan dari salah satu komunitas di Sumba Timur, kali ini berasal dari Ana Humba Community (AH Community). AH Community merupakan komunitas di Waingapu yang berfungsi menjadi sarana anak-anak remaja untuk mengeksplorasi kemampuan diri khususnya di bidang seni seperti drama, sastra ataupun menyanyi. AH Community menjadi pembawa semangat positif untuk anak remaja di Waingapu dan bagi pesertanya tentu saja mengurangi kemungkinan terlibat dalam pergaulan bebas ataupun kegiatan yang berdampak negatif lainnya. 

Tanggal 22 Agustus 2017 di Taman Kota Waingapu, anak-anak remaja yang mayoritas SMA tersebut menunjuk kebolehan mereka dalam berpentas. Puisi demi puisi mereka bacakan. Nada demi nada mereka lantunkan. Tak mau ketinggalan, saya yang turut diundang dari Komunitas Humba Menulis juga membawakan sepenggal puisi yang terbentuk dari perjalanan berengkerama dengan SD Lapinu pada 12 Agustus 2017 silam. 

Mereka mengaku
Mengaku bangsa Indonesia
Mengaku di tanah Indonesia

Mereka mengaku
Mengaku merdeka
Mengaku jaya

Sebagian bertelanjang kaki
Sebagian dengan sendal jepit
Sebagian dengan sepatu butut lantas sobek disana sini

Walau berseragam yang tak seragam
Mereka serentak memberi sambutan
Berteriak lantang menunjuk semangatnya
Bangga dengan senyum sumringahnya

Kudekati mereka satu persatu
Kutanya tentang sekolah mereka
Tak ada raut jemu
Tak punya rasa bosan
Mengaku cinta lapinu
Mengaku bangga dengan Pak Yusuf dan guru pengajar lain

Ada Andi yang sekolah menyebrang kali
Ada Oktavianus yang naik turun bukit untuk sekolah
Ada Yopi si bocah kecil belum cukup umur tapi memaksa untuk bagian Lapinu
Ada Tatu si juara kelas yang tak punya buku bacaan
Ada Yosua permata Lapinu yang berprestasi di Ibukota
Ada Pak Yusuf seorang guru sekaligus petani sekaligus peternak yang mengabdi bagi Lapinu sejak berdirinya
Ada banyak calon calon penerus bangsa  di sekolah terpencil ini

Mereka bahagia
Mereka tak merasa kurang
Mereka tak menuntut apa-apa
Mereka tetap merdeka
Mereka tetap Indonesia
Dan dengan lantang mereka menyerukan
Merdeka Republik Indonesia yang ke 72

Lalu
Kaka kemana
Berteriak merdeka lewat sosial media?

Selain dari Komunitas Humba Menulis, organisasi lain juga menyumbangkan karyanya dan menggema di tengah Taman Kota tersebut, diantaranya GMNI yang membawakan ciri khas Sumba yaitu penampilan Wunang (juru bicara adat Sumba) yang melantunkan kata-kata lantang dan cepat dalam bahasa Sumba yang khusus (berbeda dari bahasa Sumba sehari-hari) kemudian ditutup dengan nyanyian anak kecil dan sekelompok remaja AHCommunity. Atraksi Wunang dan beberapa pengisi acara lainnya dapat dilihat di video berikut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun