Mohon tunggu...
Nofiarti
Nofiarti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang yang selalu ingin tahu dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akankah Bisa Laksana Turunnya Hujan

5 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 5 Mei 2024   00:07 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kamiakan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan" QS Al A'rag :96

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerjemahkan istilah takwa adalah kesalehan hidup. Bentuk tidak baku takwa adalah taqwa, artinya keinsafan diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.(DEPDIKNAS, 2008). Definisi taqwa yang paling populer adalah "memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti perintahNya dan menjauhi segala laranganNya." Atau lebih ringkas lagi " mengikuti segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya (imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahih ) 

Sederhananya dalam keseharian akan terlihat, bahwa seorang yang bertaqwa adalah orang yang selalu berhati- hati dalam menjalani kehidupannya, mereka akan melakukan banyak hal dengan penuh perhitungan.

Tidak akan kita temukan seorang yang bertaqwa, menjasi pribadi yang suka melakukan keisengan, apalagi usil dalam rangkan untuk mendapatkan perhatian, untuk bisa 'viral' sebuah kata yang mungkin sangat cocok untuk mereka yang saat ini ingin dikenali. Maka bagi seorang mittaqin, itu adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin.

Hari-hari penuh perhitungan, yang diisi dengan ajakan untuk melakukan kebaikan terhadap orang-orang dilingkungannya, tentu saja terlebih dahulu keluarga dekat, kaum kerabat dan orang-orang yang berada dibawah tanggung jawabnya, seperti karyawannya, andai dia seorang pejabat di sebuah kantor, atau jika dia seorang pemilik usaha.

Andai dia seorang guru maka dia tidak pernah lepas akan ingatan kepada siswanya untuk tetap berada dijalur kebenaran, meski bisa saja siswa zaman sekarang memberi gelaran-gelaran tertentu bagi Sang Guru. 

Begitu juga andai seorang Ustadz, apalagi maka pola memberikan peringatan kepada jama'ah ini adalah laksana seperti air minum mereka, yang tidak akan pernah berhenti, sebagaimana orang minum, yang sebentar berhenti, tidak lama kemudian akan muncul lagi rasa haus dan tentu akan membutuhkan minum lagi dan begitulah seterusnya.

Artinya dengan segala macam profesi yang digelutinya, seorang yang bertaqwa tidak akan henti-hentinya terlibat dalam ragam aksi kebaikan, karena perasaan itu sudah menfarah daging di dalam diri mereka. 

Dengan kesadaran penuh, semua mereka lakukan bukan karena 'aksi sesaat' apalagi sekedar pencitraan, agar dikenali sebagai orang yang baik, disebut, terkenal bahkan jika diadakan semacam 'idol', siapa tokoh baik pada era ini, maka dialah yang akan dinobatkan.

Maka bukan seperti itulah cita-cita, atau landasan dari seorang bertawa beramal, namun semua mereka lakukan karean sebuah keyakinan penuh bahwa Allah, akan mencatat, segala macam amal baik yang mereka lakukan. Dengan syarat buka karena 'pencitraan', tapi benar-benar ikhlas karena Allah. 

Betapa takutnya kita hari-hari ini, dengan banyaknya orang yang dengan kesadaran penuh, si uk melakukan macam ragam kebaikan, sibuk, saling sikut, berebutan untuk menjadi yang terbaik, dengan melakukan polesan sana- sini, menyilap ini itu, penih dramatisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun