Mohon tunggu...
Nofia Dwiastuti
Nofia Dwiastuti Mohon Tunggu... -

lulusan sekolah menengah kejuruan perawat kesdam jaya tahun 2013- 2 dari 2 bersaudara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pantas dan Tidak Pantas

4 Juli 2013   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:00 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sudah berusaha untuk menunjukkan kalau aku pantas untuk mendampingin mu, dan ada sedikit harapan ke kamu bahwa kamu juga pantas untuk ku. Mengerti kan?

Pantas dalam hal?

Dalam hal apapun, sebagaimana wanita mendampingi seorang pria.

Jadi ini masalah pantas dan tidak pantas? Ah ternyata sesimpel itu, tapi kenapa sulit sekali di terima ya? Sambil memutar mutar pulpen yang ku pegang, menunggu penjelasannya yang pasti menyakitkan

Aku mencoba untuk bersabar selama ini, menungu waktu hingga saatnya kamu bisa menjadi yang aku inginkan, tapi ternyata ya.. kamu tidak berubah dan kamu akan tetap menjadi kamu yang seperti ini..

Alasan yang masuk akal. Sambil menatap tajam matanya dan tersenyum sinis.Dan kamu tidak terima itu? Lanjutku masih sambil memutar mutar pulpen dengan dua jari.Jadi begini ya cara seorang pria memutuskan hubungan demiwanita lain, aku sudah tau semuanya.

Bukan seperti itu, aku dan dia hanya sebatas saling nyaman saja.

Jadi selama dengan ku? Oh ya, harusnya aku sadar itu sejak lama, sejak aku menemukan pesan-pesan singkat misterius itu, harusnya aku lebih peka kalau kamu itu bosan dengan aku yang begini-gini saja ya.

Dia menghela nafas, entah kalimat halus apa lagi yang coba dia keluarkan, tapi percayalah, sehalus apapun ia berbicara, itu tetap memuakkan.

Bukan salah mu juga, aku juga salah karna tidak mau lebih bersabar.

Ya, tidak bisa sabar karna kamu sudah menemukan yang lebih baik dan mengangap semua akan baik-baik saja tanpa aku, bahkan sejak awal ku rasa kamu tidak yakin dengan keberadaan ku kan? Aku hanya batu loncatan ketika kamu jatuh. Tertawa sinis. Jadi bisa ku simpulkan, perasaan nyaman mu itu timbul dari kepantasan seseorang mendampingi mu ya?

Jangan buat aku merasa menjadi orang yang paling jahat. Aku hanya butuh waktu sendiri saat ini, sungguh bukan karna kehadiran orang lain.

Baiklah, silahkan bersenang-senang dengan kesendirian mu itu, dan aku akan menertawakan alasan mu ini ketika kalian sudah resmi berpacaran. Aku tersenyum sambil berlalu meninggalkan nya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun