Di sisi lain, produksi listrik sebagian besar masih berasal dari sumber energi yang tidak terbarukan, dengan detail sebagai berikut: [caption caption="Pemakaian Bahan Bakar 2006-2014 | sumber: Buku Statistika PLN 2015"]
Hingga saat ini, tren kenaikan konsumsi listrik ini masih diimbangi dengan produksi minyak dan gas Nasional. Pertamina mencatat peningkatan produksi minyak sebesar 14 persen sepanjang kuartal I (Januari-Maret) 2016 menjadi 305 juta barel minyak per hari (BOPD) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 267 juta BOPD. Sementara produksi gas mencatat realisasi produksi sebesar 1.961 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), naik 20,8 persen dibandingkan periode tiga bulan 2015 sebesar 1.623 MMSCFD.
Namun, dengan terus menggantungkan pada sumber energi yang tak terbarukan ini, akan selalu ada ancaman krisis listrik di masa depan apabila tidak ada upaya untuk mengantisipasinya. Terlebih, rasio elektrifikasi pada akhir tahun 2014 saja sebesar 81,70%, artinya masih ada 18,30% rumah tangga Indonesia yang belum mendapatkan akses listrik. Angka ini tersebar dalam 12.659 desa di seluruh Indonesia.
Listrik Pintar untuk Keberlangsungan Energi Masa Depan
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pemborosan energi secara umum disebabkan oleh 80% faktor manusia dan 20% oleh faktor teknis. Dengan porsi mencapai 80% inilah terlihat peran penting dan partisipasi masyarakat dalam program efisiensi energi.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mendorong efisiensi energi disamping dengan menggenjot pembangunan Pembangkit Listrik baru dan memacu penggunaan sumber energi terbarukan. PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara senantiasa berusaha menjalankan amanat untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik di Indonesia, yang diturunkan melalui program-program prioritas. Salah satu program prioritas tersebut adalah Listrik Pintar atau sistem prabayar.
[caption caption="Listrik Pintar PLN | sumber: www.pln.co.id"]
Program Listrik Pintar ini dilatarbelakangi bahwa efisiensi listrik tidak lepas dari faktor perilaku, kebiasaan, disiplin dan kesadaran dari pengguna listrik itu sendiri. Sedang untuk mengubah faktor-faktor diatas sama sekali bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu Listrik Pintar dihadirkan sebagai pendekatan untuk sedikit demi sedikit mengubah perilaku, kebiasaan dan kesadaran para pengguna listrik. Sebagai pengguna daya terbesar, kalangan rumah tangga akan lebih dimudahkan dengan diluncurkannya Listrik Cerdas. Dengan jumlah rumah tangga perkotaan yang makin meningkat, kalangan ini akan menjadi pemeran utama Listrik Cerdas.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menggunakan Listrik Pintar. Dari sisi ekonomi, masyarakat akan dimudahkan dalam mengatur anggaran dan pola pemakaian energinya. Dengan hal ini, secara psikologis akan membuat masyarakat menjadi lebih aware dan “perhitungan” dalam menggunakan daya listriknya. Tentunya hal ini juga diimbangi dengan berbagai kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan oleh PLN. Kemudahan untuk top up dan beragamnya nominal voucher isi ulang, tidak adanya batas minimal pemakaian dan biaya keterlambatan pembayaran menjadi tawaran menarik untuk masyarakat. Selain itu, masyarakat akan terbebas dari ketidakakuratan pembacaan meter listrik oleh petugas PLN; sekaligus tetap terjaganya ketenangan dan privasi bagi sebagian orang.
Listrik Pintar untuk Kota Cerdas
Tidak dapat dinafikan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak besar dalam perkembangan Kota Cerdas. Namun, konsep dibalik Kota Cerdas bukan melulu mengenai teknologi dan tetek bengeknya. Lebih dari itu, esensi penting Kota Cerdas adalah bagaimana mendayagunakan sumber daya secara efektif dan efisien, demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.