KAMPANYE pemilu legislatif tahun 2014 baru memasuki hari ketiga, namun sejumlah media terutama televisi mulai ramai membahas tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh partai politik peserta pemilu. Tapi kalau ditilik lebih mendalam lagi, pemberitaan media televisi mengenai pelanggaran ini terasa kurang berimbang.
Masing-masing media seolah-olah punya opini sendiri untuk mengatakan parpol tertentu melakukan pelanggaran kampanye khususnya yang terjadi pada hari pertama tanggal 16 Maret lalu. Bukan rahasia lagi memang saat ini, pemilik media juga merupakan tokoh atau petinggi parpol juga. Jadi ya siapa yang bisa menyalahkan kalau pemberitaan pelanggaran diarahkan kepada parpol yang merupakan 'lawan' politiknya, sementara untuk media yang milik dari tokoh parpol 'A' misalnya lebih jarang memberitakan tentang pelanggaran yang dilakukan parpolnya sendiri.
Ya begitu lah kondisi yang terjadi. Tapi jika diingat-ingat, dari pelaksanaan kampanye pemilu tahun-tahun sebelumnya selalu pelanggaran melibatkan anak-anak dalam kampanye, selalu yang nomor satu dirilis oleh media massa. Padahal banyak pelanggaran signifikan yang seharusnya lebih menjadi perhatian terutama aparat penyelenggara dan pengawas pemilu, misalnya menggunakan fasilitas
pemerintah, tempat ibadah, tempat pendidikan dan sebagainya.
Persoalan pelanggaran pelibatan anak dalam proses kampanye memang suatu aturan yang sepanjang pelaksanaan pemilu akan terus dilanggar. Kenapa begitu? Iya lah, di satu sisi orang tua yang memiliki anak itu sudah memenuhi syarat untuk pemilu dan ingin ikut kegiatan kampanye, mereka tidak akan mungkin meninggalkan anaknya.
Terkadang para orang tua itu juga berfikir, kampanye sebagai ajang rekreasi untuk anak-anak mungkin selama ini tidak berkesempatan untuk pergi jalan-jalan. Karena mendapatkan fasilitas makan, bis gratis dan berangkat secara berombongan mereka pun mengikutsertakan anak-anak mereka.
Kalau saya berfikir alangkah arif dan bijak jika pembuat UU meninjau kembali aturan yang akan selalu dilanggar ini. Apa salahnya membawa anak-anak dalam kegiatan kampanye, kalau mengambil sisi positifnya ini merupakan pembelajaran awal politik bagi mereka yang sudah memasuki masa sekolah. Jika anak-anak itu balita tentunya orang tua mereka lebih mengerti bagaimana cara menjaga dan membuat anaknya nyaman ikut dalam kegiatan tersebut. Hematnya menurut saya, sepanjang kondisinya kondusif dan aman tidak masalah membawa anak-anak dalam kegiatan kampanye.
Ketimbang terus menyoroti pelibatan anak dalam kampanye, kenapa tidak menyoroti pelanggaran yang kerugiannya lebih dirasakan misalnya penggunakan fasilitas pemerinta atau negara, terkadang sadar atau tidak hal ini dilakukan oleh para menteri yang juga tokoh parpol. Belum lagi penggunaan tempat ibadah untuk kampanye. Apakah media berfikir ke arah itu dan realistis membaca situasi, atau hanya sekedar menjadi kepentingan parpol tertentu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H