Mohon tunggu...
Healthy

Mengapa Saya Berhenti Masturbasi

17 November 2016   20:31 Diperbarui: 9 Mei 2018   06:15 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah revisi dari tulisan saya sebelumnya di sini
Saya hanya menambahkan pengalaman saya agar lebih meyakinkan pembaca.

===========================================================================================

Sebelumnya saya sudah membuat artikel cara menahan hasrat onani. Namun kemudian saya sadar bahwa yang paling pertama yang harus diketahui orang yang gemar coli adalah alasan mereka harus menghentikan itu. Banyak artikel berhubungan dengan ini dalam bahasa inggris. Dalam bahasa indonesia masih sedikit dan kebanyakan berbau normatif. Maka saya membuat artikel ini dari kisah nyata saya sendiri, sehingga saya berharap mulai sekarang Anda menghentikan tindakan durjana ini. Pengalaman saya ini benar adanya, ada yang saya ubah untuk mempersingkat, namun tak mengurangi subtansi.

Asal Mula Perkenalan Pada Hal Memalukan Ini

Saya mengenal pornografi ketika saya menempuh pendidikan MTsN. Awalnya saya hanya mengenal internet untuk membuka dua lama saja yaitu inter.it dan detik.com. Namun yang namanya warnet ketika history-nya tidak dihapus, ketika mengetik www saja, sudah ada daftar situs-situs porno bertuliskan sex, porn, dan sebagainya.

Ketika masih SMP ini saya belum tau itu masturbasi. Saya memang sering mendengar kata-kata yang menjurus itu tapi saya tak pedulikan. Singkat cerita baru ketika saya SMA secara tidak sengaja saya mengenal itu. Sebelum saya mengenal pornografi, hidup saya cukup baik. Saya menjadi imam di pengajian, sering mewakili perlombaan, pokoknya sangat aktif. Namun setelah pornografi, saya berubah. Saya masuk sekolah favorit, tapi tak ada prestasi yang dibanggakan, bahkan pernah rangking terakhir. Padahal semua teman tahu saya cukup cerdas.

Ketika kuliah, terutama di semester IV saya mulai jarang beronani karena kegiatan kampus saya padat. Saya mulai aktif, mulai populer, bahkan banyak yang mengagumi saya. Padahal saya bukanlah tipe orang yang sangat luwes, namun banyak kemudahan yang muncul kemudian. Namun naas di semester akhir saya mengenal pacaran. Nah, yang namanya ingatan pornografi mulai kembali muncul sehingga penyakit lama kembali timbul. Akibatnya hidup saya hancur lagi, kuliah terbengkalai, mulai jarang bergaul dengan teman, bahkan saya melihat kadang orang jijik sama saya.

Akhirnya saya ingin insaf, tapi tak ada cara lain selain putus dengan pacar saya dulu. Karena memang saya tak cinta dengannya, hanya nafsu saja. Jadi, daripada kasihan pacar saya, saya berdoa agar dimudahkan saya putus dengannya. Akhirnya dia meraih beasiswa magister di luar kota, dan akhirnya kami putus.

Namun hampir sekitar 2 tahun saya berjuang, jatuh mundur melawan pornografi dan onani. Tahapan nya 1 minggu gagal, kemudian dua minggu, tiga minggu dua bulan dan seterusnya. Dari setiap kegagalan saya mempelajari akibatnya. Jadi ketika masturbasi malamnya, esoknya hidup saya selalu sial. Marahan sama orang, jatuh dari kendaraan dan sebagainya. Namun yang menarik adalah dalam onani terakhir uang saya Rp 500.rb hilang. Maka saya menghitung nominal jika saya sudah beronani selama 100 kali, maka sudah sekitar Rp.50 juta lenyap. Itu belum lagi dengan dampak fisik. Saya ini kurus ceking dahulu, tapi semenjak berhenti onani saya mulai berisi. Dampak sosial juga ada. Nilai itu berbeda pada tiap orang. Semakin kaya maka semakin banyak yang hilang.

Cukupkah hanya berhenti onani saja?

Tidak! Untuk mengembalikan keberuntungan Anda yang lenyap karena onani maka Anda harus bertaubat. Pengalaman saya, semua maksiat harus dijauhi. Karena onani ini sudah permanen di memori Anda maka perlu langkah keras mengembalikan "Rp 50 juta " yang hilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun