Semalam saya mengunjungi seorang teman lama di kampung halaman. Pun juga saya sebagai orang yang pernah merasakan hidup jauh dari kampung halaman, jauh dari rumah, kesepian. Pun saya masih kuliah di kota besar, Yogyakarta. Semoga kedatangan saya bisa sedikit menghibur, membuatnya lupa sejenak kerinduan pada saya, dan tatapan teduh yang lama tidak bertemu.
Nah, sepulang dari ruman teman, saya bertemu dengan Mas penjual bakso di pinggir jalan. Saya heran saja, tadi masih sepi ketika berangkat ke rumah teman, sekarang sudah ada yang jual bakso. Memangnya ada yang beli? Kan, kalau sudah malam pasti tidak ada orang yang lewat. Pada waktu itu rumah tetiba jadi restoran mendadak, rumah tetangga juga demikian, dikarenakan ada pernikahan di sebelah rumah saya, nampaknya di hari itu pula kita (keuarga saya) lebih rajin sikat gigi dari biasanya. Kedua, emang Mas ini gak pulang kampung ya atau tidak menjadi petani di rumahnya? Itulah pertanyaan yang berkelindan di kepala saat itu.
Untuk menjawab rasa penasaran itu. Saya putuskan untuk menepikan motor, makan bakso Rembulan, sebelumnya saya sudah makan nasi putih di rumah teman di 4 rumah berbeda, 5 dengan rumah saya sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi perut saya saat itu?
Perut saya memang kenyang, tapi jiwa saya lapar akibat penasaran. Saya butuh berbincang dengan orang lain. Ya, mau gimana lagi, mau berbincang dengan kamu udah gak bisa. Jurang pemisah kita udah terlalu jauh. ekekek
"Baksonya masih ada?" tanyaku, basa basi.
"Bungkus atau makan sini?" balas Masnya.
"Makan sini saja Mas."
Setelah semangkok bakso di tangan, saya mengeluarkan jurus andalan, memulai percakapan: