Mohon tunggu...
farhan abbas
farhan abbas Mohon Tunggu... -

saya farhan SGI IV

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wajah Pendidikan Negeri Ini

26 Oktober 2012   06:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:23 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan adalah mata uang yang berlaku dimana-mana (Narji jagur).

Begitulah ungkapan spontanitas seorang komedian papan atas tanah air yang sering juga menjadi host diberbagai acara stasiun tv swasta, Pada waktu menghadiri acara Hitam Putih di Trans 7 beberapa waktu lalu. Tidak ada yang berlebihan dari apa yang diucapkan Narji tersebut kerena kita semua tahu bahwa pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan kita,keluarga, bangsa dan negara. Satu hal yang membuat saya heran dan penasaran, kenapa ungkapan tersebut justru keluar dari mulut seorang pelawak,bukan dari praktisi pendidikan, pemerhati pendidikan atau bahkan menteri pendidikan. Sudah merasa lelahkah pemerintah dalam membangun pendidikan di negeri ini?? sudah bosankah para pemerhati pendidikan dalam menelik kekukarangan dan memberikan solusi pendidikan yang ada di nagara ini??

Banyak sudah upaya yang dilakukan oleh pemerintah namun sampai saat ini hasilnya belumlah maksimal dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan negara lain. Dalam hal pendidikan menurut hasil survei PERC (Political and ekonomic Risk consultancy)menyebutkan bahwa sistem pendidikan di indonesia menempati posisi terburuk dikawasan Asia (dari 12 negara yang disurve oleh PERC) Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, sisusul Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina dan Malaysia. Indonesia menduduki urutan ke-12 setingkat dibawah Vietnam. Pendidikan nasional belum mampu mencerahkan bangsa ini. pendidikan kita kehilangan nilai-nilai luhur kemanusiaan, padahal Pendidikan seharusnya memberikan pencerahan nilai-nilai luhur itu.

Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya potensi bangsa pada saat ini. dan salah satunya adalah faktor pendidikan. Kita tentu sadar bahwa pendidikan merupakan pondasi yang paling kuat dalam membina dan membangun suatu bangsa. Masih segar dalam ingatan belum suram dalam bayangan bagaimana jepang membangun kembali bangsanya yang telah hancur berkeping-keping setelah dua kota besar yang menjadi benteng pertahanan jepang pada waktu itu yakni Hirosima dan Nagasaki dibom bardir oleh pasukan amerika dan sekutunya. Disela-sela rasa kalah yang menusuk, jatuhnya kehormatan dan runtuhnya kejayaan, panglima besar Hiro Hito tidak menanyakan barapa tenk yang masih tersisa,berapa tentara yang masih hidup, tetapi justru yang ia tanyakan adalah berapa guru yang masih ada dan mengumpulkan semua guru yang masih tersisa tersebut. Dari sanalah Jepang membangun kembali peradabanya dengan pendidikan, dan kita bisa lihat sekarang jepang menjadi negara adidaya di Asia..lalu bagaimana dengan bangsa kita???? Dari mana kita akan memulai memperbaiki pendidikan bangsa ini yang sudah carut-marut tidak tentu arahnya,apa yang salah dengan pendidikan kita??

Pertanyaan-pertanyaan sederhana ini mungkin akan membantu kita untuk lebih giat mencari solusi yang tepat terhadap masalah yang dihadapi negara kita ini. sebab kalau kita mau tahu bagaimana wajah indonesia 35 tahun yang akan datang maka pendidikan kita saat ini adalah jawabanya, kalau tidak mau tahu problematika pendidikan pada saat ini, dan mencarikan solusinya maka negeri yang sering desebut sepotong surga dunia ini tinggal menunggu saat-saat kehancuran. Mungkin kita akan sama dengan jepang 40 tahun yang lalu atau mungkin lebih parah dari itu.

Terpuruknya bangsa indonesia saat ini tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, melainkan juga krisis ahlak yang berakar dari kurangnya pendidikan karekter. Menurut Direktur Pembinaan SMP, Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), Didik Suhardi, kepada pers, Jum'at (15/1/2010) mengatakan "Pendidikan budaya dan karekter bangsa ini cendrung pada implementasi, harus dipraktikkan sehingga titik beratnya bukan pada teori. Karena itu pendidikan ini seperti hiden curiculum.

Apa yang dikatakan didik tersebut ada benarnya, hal ini terlihat dari adanya ketidak seimbangan antara teori dengan praktik,antara ilmu dan amal yang pada gilirannya akan berimbas pada penurunan tata krama, etika dan kreativitas. Tetapi, ada juga sekolah yang mampu mengintegrasikan antara kegiatan belajar dengan inflementasi dalam kehidupan sosial sehari-hari disekolah.

Di Bogor misalnya, ada sekolah SMP, SMA Smart Ekselensia Indonesia, yang setiap harinya anak, Guru dan semua staf yang ada di sekolah tersebut selalu menjalankan semua kegiatan sekolah dengan disiplin yang tinggi dan rasa kebersamaan yang luar biasa, anak menghormati guru, begitupun sebaliknya guru menghormati dan menyayangi anak didik, pada waktu solat tiba semua berhenti dari semua aktivitas dan langsung pergi secara bersama-sama kemasjid untuk solat berjamaah,selesai solat meraka saling bersalaman dengan teman maupun guru yang ada disebelahnya, sungguh pemandangan langka yang sulit kita temukan di luar atau disekolah lain untuk saat ini..

Disekolah tersebut guru benar-benar menjadi model dan suri tauladan yang baik (uswatun hasanah) bagi peserta didiknya, guru tidak saja mengajar tetapi juga mendidik, Guru tidak saja bisa menyuruh, tetapi juga melakukan, guru tidak hanya bisa menyalahkan, tetapi juga mengarahkan dan masih banyak lagi hal-hal unik yang membuat saya kagum dan takjub. Demikianlah seharusnya pendidikan yang semestinya diterapkan pemerintah secara menyeluruh dipelosok negeri ini. Sehingga tidak ada lagi anak yang dizalimi oleh gurunya ataupun anak yang kurang ajar terhadap gurunya. Jika sikap dan karekter demikian tersebut dipupuk dan diperihara dengan baik, maka wajah baru indonesia tersenyumpun pasti akan datang...wassalam

"Pendidikan adalah senjata paling dahsyat yang bisa digunakan untuk mengubah dunia" (Nelsan Mandela)

Hiasilah diri anda dengan ilmu yang bermanfaat.

Farham SGI angkatan IV

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun