Kurebahkan tubuh di atas hamparan hijau rerumputan, memandang jauh ke langit biru, diantara awan tipis berarak pergi.Â
Ilalang-ilalang disebelahku diam, pancuran bambu kecil memancarkan air, gemercik suaranya memecah sunyi sepi.Â
Alam seakan beku di sore hari yang teramat dingin, burung-burung mungil enggan berkicau, di sudut ranting menepi.Â
Tak berkedip sedikitpun walau mata terasa perih, terus kupandangi satu demi satu hingga ke langit ke tujuh, mungkinkah semua ini dapat terjadi ?
Sungguh rindu ini menyiksaku, disetiap nafas membuatku merasa tak menentu, ingin segera bertemu, duhai... Pelita Hati.Â
Paras indah cahayamu belum juga dapat kugapai, tertatih-tatih menelusuri hidayah-Mu, namun aku takkan berhenti.Â
Hingga tiba saatnya nanti disuatu masa, pasti kita kan bertemu, memandangi wajahmu sepuas hati.Â
Aku enggan untuk pergi, walau waktu telah menjelang, kuingin hidup seribu tahun lagi.Â
Singosari, 21 Juli 2019
@J.Barathan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H