Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Dalam Secangkir Kopi

21 Juli 2019   11:53 Diperbarui: 21 Juli 2019   12:18 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : maryft2016.tumblr.com

Kata demi kata tersusun adiwarna
Syair-syairnya beriramakan nyanyian surga
Para bidadari mengepakkan sayapnya
Turun ke bumi menyambut gembira

Tersirat kalimat bermakna makrifat
Mengajak bertobat dari maksiat
Ketika ajal semakin mendekat
Sebelum semua jadi terlambat

Aksara dalam secangkir kopi
Dipekat hitamnya banyak memberi arti
Tentang kegelisahan hati
Yang semakin rapuh diterpa badai

Ingin berpaling namun tak mungkin
Aroma kopi terus menghantui perasaan
Uap putih melambai menerobos alam pikiran
Menuntun tak kembali berangan-angan

Lirik-lirik puisi terus melantunkan rasa
Tak mudah 'tuk dilupakan kiranya
Bukan hanya sekedar pelepas dahaga
Coba wujudkan dalam bentuk nyata

Disini kutemukan jati diri
Yang telah pergi lama kembali
Diantara butiran ayat-ayat kaligrafi  
Puisi relegi khalam Ilahi.

Singosari, 21 Juli 2019

 @J.Barathan.  

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun