Terkapar meregang nyawa mencoba menghadangnya. Pasti kan tewas dibabat habis di ujung pedangnya. Banjir darah di pelataran candi Kurawan.Â
Aku datang dari balik kegelapan. Menabur dendam yang tak pernah padam. Sang rembulan malam meneteskan air mata. Nalih Ratih sang kekasih jadi rebutan.Â
Aria Dwi Pangga, pendekar syair berdarah dari desa Kurawan. Pendekar pilih tanding yang merana hidupnya. Jiwa dan raga terganggu karena kasmaran.Â
Asmara loka yang buta dan luka. Tertusuk syair-syair tajam menembus sukma. Kata-kata merayu penuh sanjungan. Terlena dan jatuh dalam pelukan.
Semua harus di akhiri. Satu diantara dua saudara sekandung harus binasa. Aria Dwi Pangga mulai membacakan syair berdarah jurus pamungkas andalan.Â
Benturan keras terjadi. Suara dentuman bergemuruh debu-debu berterbangan. Aria Dwi Pangga terkapar bersimbah darah terkena pukulan.Â
Sementara, Aria Kamandanu berdiri tegap. Memandang tajam pada sang kakang yang terluka. Pedang "Naga Puspa" masih erat dalam genggaman.Â
Singosari, 9 Juli 2019
@J.Barathan.