Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semakin Diminum Semakin Haus Pula

2 Juli 2019   08:19 Diperbarui: 2 Juli 2019   09:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah gerangan dunia itu? Banyak orang yang terpesona olehnya, tetapi ada pula yang menangis karenanya. Dunia!, hendak dibawah kemanakah manusia ini, apakah akan kekal didalamnya atau untuk sementara saja? 

O, dunia, betulkah didalam kehidupan ini penuh dengan tipu daya yang beraneka ragam, dan bagaimanakah agar manusia dapar selamat dari tipu daya itu? 

O, dunia, apakah gerangan yang diperebutkan manusia dalam hidup dan kehidupan ini? 

Rintihan kalbu yang memilukan dalam jiwa setiap insan yang ingin mengetahuinya. Berapa banyaknya manusia yang hanyut dalam lembah kehidupan dunia, dia berkhayal terus, umurnya tidak diperhitungkannya, bahkan dipergunakan dalam merebutkan sesuatu yang belum tentu dapat dimakannya, dipakainya dan didiaminya, sehingga hidupnya hampa dan merugi. 

Manusia semuanya ingin hidup bahagia, tetapi dengan cara yang salah dalam mengartikan dan mencari bahagia itu. Oleh karena itu mereka belum juga dapat mengenyam kebahagiaan yang diinginkannya itu. 

Seseorang yang kaya raya menghasilkan kekayaan degan jerih payah yang sekian lamanya, tetapi hatinya belum tentram juga, nafsunya belum terpuaskan, maka dia terus melanjutkan perjuangan mencari yang diinginkan. 

Tetapi sayang!... 

Usahanya itu bukan melalui jalan "shiratal mustaqim" maka dia akan menemui jalan yang penuh onak dan duri, akhirnya sengsara. 

Seseorang yang hidup dalam kekurangan tetapi tentram jiwanya, dia tidak merasakan kemiskinan yang lahiriyah, padahal orang lain mengatakan ia seorang yang miskin. 

Mengapakah demikian?, karena hatinya penuh keimanan dan ketakwaan, dia lebih berbahagia dari si kaya yang gelisah memikirkan harta dunia, bahkan orang kaya itu sering kali mengalami berbagai macam penyakit, sedangkan pada diri si miskin jarang sekali dihinggapi penyakit. 

Begitulah rupanya kehidupan dunia yang diperebutkan manusia, bagaikan meminum air laut, semakin diminum semakin haus pula. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun