Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Secangkir Kopi yang Tersisa

26 Maret 2019   12:16 Diperbarui: 26 Maret 2019   12:26 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oleh : Junus Barathan

Resah dan gelisah terus menghantui
Kemana aku pergi banyangnya selalu mengikuti
Aku merasa bosan dan ingin sendiri
Kutanyakan pada siapa tak ada yang peduli
Menunggu lama sekali sepi sendiri

Awan pagi berarak menutupi sang mentari
Sinarnya kunanti belum juga menerangi
Waktu seperti angin berlari menjauh pergi
Membawa kata hati tak pernah kumengerti
Meski masih tersisa namun itu tak pasti

Apalagi kiranya yang ingin kucari
Di dalam dada tlah terlukis relegi abadi      
Secangkir kopi yang tersisa setia menemani
Hati sanubari kurasa sejuk sekali
Di bawah naungan cahaya ILAHI

Singosari, 26 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun