Mohon tunggu...
Noertjahja Nugraha
Noertjahja Nugraha Mohon Tunggu... Human Resources - Hamba Tuhan

significant and impactful life

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Learning Loss dalam Masa Pandemi terhadap Anak-Anak Sekolah

11 November 2021   11:00 Diperbarui: 11 November 2021   11:06 980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Learning Loss Dalam Masa Pandemi Bagi Anak-Anak Sekolah

Dalam beberapa kesempatan , seperti dikutip koran Tempo 28/09/21 dan kompas.com 25/10/21,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar online bakal mengakibatkan anak-anak mengalami learning loss . Riset dari Mendikbud, kata beliau, membuktikan bahwa anak-anak Indonesia telah kehilangan satu tahun pembelajaran, terutama bagi yang PJJ.

Apa yang disebut sebagai learning loss tersebut ? Learning loss adalah istilah yang dipakai untuk menyebut hilangnya pengetahuan dan ketrampilan, baik itu secara umum maupun spesifik , atau terjadinya kemunduran proses akademis karena faktor tertentu. Adapun faktor yang dapat menyebabkan learning loss antara lain adalah karena libur panjang, putus sekolah atau ditutupnya pembelajaran tatap muka (PTM) .

Selama masa pandemi Covid – 19 yang sudah berjalan di Indonesia hampir 1 tahun 9 bulan ,  pembelajaran tatap muka belum banyak dijalankan dan diganti dengan pembelajaran jarak jauh secara online (daring) . Siap atau tidak siap , dunia pendidikan memang harus mengadopsi hybrid learning yang memadukan antara pembelajaran tatap muka dengan pemakaian sarana digital seperti halnya pembelajaran jarak jauh secara daring . Namun ternyata pandemi Covid – 19 ini menyebabkan para guru dan orang tua kalang kabut karena mereka tidak siap dan gagap dalam menghadapi masalah ini .

Pihak guru sekedar memindahkan mata pelajaran yang biasanya diajarkan secara tatap muka di sekolah menjadi pelajaran secara digital di mana bahan pelajaran, tugas, pekerjaan rumah  tersebut disampaikan secara satu arah lewat zoom atau google classroom kepada para siswa . Gawai yang dipakai seperti laptop atau handphone sebagai sarana pembelajaran sangat terbatas atau jadul sehingga kalau tokh ada sangat lelet karena kurang memori atau kecepatannya , koneksi internet yang sangat lemah dan tidak stabil , apalagi di tempat -tempat yang terpencil di mana internet belum terjangkau .

Para siswa harus duduk berjam-jam melihat di depan laptop atau handphone sehingga mereka gelisah , kurang bisa terkonsentrasi dan menjadi bosan . Belum lagi para orang tua yang kerepotan selain mereka sebelum pandemi banyak memasrahkan pendidikan anak-anak mereka kepada pihak sekolah , pokoknya tahu beres, sekarang mereka mau tak mau harus membimbing dan mendampingi anak-anak mereka dalam belajar mereka secara daring.

Ada orang tua yang kebingungan karena mereka sendiri tidak memahami mata pelajarannya , ada pula dari mereka karena kesibukan kerja atau aktivitas lainnya jadi tidak secara penuh bisa berkonsentrasi pada waktu pendampingan kepada anak-anak mereka . Akibatnya para orang tua bisa menjadi tidak sabar dan mudah marah terhadap anak-anak mereka . Sama- sama frustrasi , baik itu para guru, anak-anak siswa maupun para orang tua mereka ! Hal tersebut dapat diindikasikan dengan motivasi belajar anak yang menurun dan ogah-ogahan dalam belajar. Di negara-negara miskin dan berkembang , masalah ketidak-efektifan dalam metode pembelajaran diperparah dengan infrastruktur seperti koneksi internet yang lemah, listrik yang tidak stabil dan kondisi geografis yang menjadikan banyak titik buta (blind spot).

Namun masalah pendidikan dan pembelajaran itu bukan hanya sekedar urusan  mentransfer pengetahuan atau ketrampilan yang berlangsung dalam ranah kognitif . Pendidikan dan pembelajaran harus bersifat komprehensif dan holistik , artinya ada integrasi antara olah pikir (kognitif) , olah rasa (emosi) dan olah karsa (kehendak) yang diramu dengan pendidikan karakter dan perubahan perilaku . Karena manusia adalah makhluk sosial , maka manusia berinteraksi dengan manusia lainnya  , termasuk dalam hal belajar.

Ada bagian yang hilang (missing) dalam proses pembelajaran , yakni bagaimana interaksi   antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, terutama dalam mencontoh atau meniru satu sama lain. Pertanyaannya , apakah dalam proses belajar secara daring tidak terjadi tiru – meniru antara  siswa yang satu dengan lainnya selain guru ? Jawabannya , pasti ada . Namun secara jujur  kita harus katakan bahwa hal tersebut sangat minim terjadi karena bagaimanapun belajar secara daring dengan memakai zoom atau google meet misalnya memiliki keterbatasan karena bidang pandangnya tertentu saja misalnya wajah mereka tanpa bisa disoroti apa yang dikerjakan teman-teman lainnya  .

Berikut akan kita bicarakan mengenai suatu teori yang disebut teori belajar sosial (social learning theory ) yang dipopulerkan oleh Albert Bandura pada tahun 1977. Menurut Bandura, manusia mempelajari sesuatu dengan cara meniru perilaku orang lain . Teori ini disebut juga Observational Learning theory , karena seseorang belajar dengan cara mengobservasi apa yang dilakukan orang lain. Penggunaan teori ini sebagian akan menjelaskan mengapa Pertemuan Tatap Muka (PTM) lebih efektif daripada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring , terutama karena kurangnya pembelajaran yang bersifat meniru atau modelling .

Pembelajaran yang bersifat pengetahuan seperti sejarah atau bahasa Indonesia misalnya mungkin lebih mengandalkan kemampuan menghafal dari seorang siswa , namun jangan lupa bahwa ketika seseorang mencoba menghafal pelajaran tadi , dia mengamati siswa lainnya dan juga ada suasana berbeda karena suasana kelas yang tidak tergantikan yang bisa dirasakan langsung oleh para siswa tersebut ,  yakni suasana keceriaan dan bahkan keributan yang membawa semangat belajar dari para siswa tersebut . Belum lagi dalam percakapan informal maupun formal di antara para siswa yang kebetulan mungkin beberapa di antara mereka adalah sahabat dekat . Mereka belajar dan saling mengomentari termasuk meniru apa yang disebutkan oleh temannya . Dengan cara seperti itulah belajar menjadi pengalaman mengasyikkan dan bisa lebih “masuk”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun