"Mau jadi apa saya nanti ?"
"Apa yang akan saya lakukan setelah lulus nanti ?"
"Bagaimana nasib masa depan saya ?"
"Bagaimana cara menyesuaikan diri dengan lingkungan baru setelah ini ?"
Mungkin itulah pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari siswa-siswi kelas tiga SMA, yang saat ini sedang gelisah memikirkan masa depan, karena tinggal menghitung hari mereka akan dihadapkan dengan Ujian Nasional yang sempat menjadi kontroversi.
Berbagai pertanyaan dalam benak mulai bermunculan, hingga suatu pemikiran bahwasanya tindakan dan strategi apa kiranya yang akan mereka tempuh sebagai cara untuk menghadapinya.
Pada dasarnya, ada dua tindakan yang bisa mereka lakukan. Pertama, mereka akan bertindak secara statis. Dan yang kedua, mereka akan bertindak secara dinamis.
Bagi mereka yang memilih cara statis, akan cenderung mengikuti jalan hidup tanpa usaha lebih untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Mereka akan mengikuti garis kehidupan. Sebagai contoh, orang yang statis akan mengikuti suatu keadaan atau lingkungan yang sebatas hanya dapat menerima mereka tanpa memikirkan apa sebenarnya yang mereka ingin dan bagaimana cara mereka menggapai semua keinginan itu. Pikiran orang-orang statis biasanya cenderung monoton. Mereka tidak ingin berpisah dengan sesuatu yang mereka anggap nyaman. Seperti teman, kegiatan, bahkan pekerjaan. Walaupun sebenarnya, masih banyak peluang yang lebih baik di depan mata, apabila mereka mau berusaha keras untuk itu. Namun terlepas dari segala kekurangannya, mereka merupakan salah satu tipe orang setia. Karena bagi mereka, tidak mudah melupakan sesuatu yang membuatnya nyaman. Walaupun di sisi lain, orang seperti itu tidak akan mendapatkan kepuasan dan bahkan mungkin tidak dapat menggapai cita-cita sesuai harapan, karena kurangnya usaha yang dilakulkan.
Berbeda halnya dengan orang-orang yang bertindak secara dinamis, khususnya dalam meraih cita-cita di masa depan. Mereka akan lebih agresif untuk mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan cita-cita mereka, tujuan hidup, bahkan prospek kerja serta risiko yang akan mereka tanggung dari setiap tindakan yang akan mereka lakukan. Jika perlu, mereka akan membuat rincian rencana di masa depan.
Tidak banyak memang orang-orang dinamis seperti itu. Apalagi di Indonesia, mengingat kebanyakan masyarakat kita hanya pasrah dengan keadaan. Padahal tidak ada salahnya jika kita mau mencoba. Lupakan dulu masalah ekonomi, karena sebagai pelajar, kita bisa mencari beasiswa dari dalam atau pun luar negeri. Lupakan dulu masalah gagal, risiko dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sebisa mungkin, harus tetap melihat ke depan. Namun, harus tetap teguh pada prinsip dan memiliki visi yang pasti. Karena "visi tanpa aksi seperti mimpi di siang bolong, aksi tanpa visi adalah mimpi buruk." (peribahasa Jepang).
Maka tak ayal, jika banyak orang-orang sukses di dunia, karena mereka bertindak dinamis dalam meraih cita-cita dan tujuan yang mereka mau. Tak heran pula, jika keberhasilan lebih berpihak pada mereka. Karena upah terbesar tentu akan didapatkan oleh mereka yang mau berusaha lebih banyak.