“Pagi Rinna!”
Sapaan itu membangunkan Rinna dari tidurnya,Ia mengambil handphone yang bergetar seru di ranjang, kemudian mematikan alarmnya.sambil terkantuk-kantuk, ia keluar kamar. Namun rasa kantuk itu seketika berubah menjadi teriakan nyaring saat ia melihat jarum jam di dinding ruang makan sudah menunjukkan pukul setengah delapam tepat.
Barisan teman-temannya yang berkostum olahraga menyambut Rinna di pinggir lapangan upacara. Ia melirik Handphone di pergelangan tangannya. Pukul delapan. Sambil meringis untuk kedua kalinya, ia melesat ke ruang ganti sambil berusaha menghindari tatapan guru olahraganya.
Akhirnya pelajaran hari itu berakhir. Dering bel disambut sorak gembira dari seluruh murid, walaupun bunyinya sangat memekakkan telinga. Rinna mengemasi buku-bukunya ke dalam tas, dan bergegas keluar. Di saat itulah Vatqy, teman sekelasnya memanggilnya.
“Ada apa?” tanya Rinna tak sabar. Vatqy mengangsurkan beberapa helai dokumen ke tangan Rinna.
“Kuharap bermanfaat. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.” Rinna mengamati sekilas lembaran kertas itu, kemudian tersenyum simpul. Ia pun segera melangkahkan kakinya keluar kelas.
“Pagi Rinna.”
“Pagi.” Rinna mematikan alarm suara dari handphone-nya. Kali ini ia sudah memastikannya berbunyi lebih pagi.
Pukul tujuh, ia sampai di ruang kelasnya. Di depan pintu ia disambut oleh Arini yang tersenyum ramah.
“Madingmu bagus lho. Aku suka gambarnya,” ujarArini setelah Rinna meletakkan ranselnya dan duduk. Rinna tersenyum.