Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Langit Kemerahan

7 Maret 2015   03:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425649782366222336

[caption id="attachment_371763" align="aligncenter" width="150" caption="Gambar 1. Langit Kemerahan"][/caption]

Langit kemerahan, itulah dua kata yang selalu menggetarkan hatiku.

Apalagi bila yang mengucapkan kedua anakku.

Kata-kata itu bukan dihapalkan melalui lisan.

Mereka mengucapkan langit kemerahan karena benar-benar melihatnya.

Nok biasa memotret alam yang begitu menakjubkan di kala senja.

San terbiasa melihat dan merasakan suasana senja kalau kakaknya memotret alam.

Sekarang keduanya akrab dengan senja.

Akrab dengan langit kemerahan atau mentari yang perlahan tenggelam.

Langit kemerahan, dahsyatnya suasana itu pertama kali aku rasakan

ketika aku duduk di bangku SMA.

Menghabiskan sore di sawah

dan menunggu matahari meninggalkan siang

hari ini sepanjang siang sampai malam mendung dengan sedikit hujan

melalui rintiknya kuungkap syukur

alhamdulillah, meski mentari tak menyapa kala siang

aku tak pernah menyesal

kala senja menunggu sang surya tenggelam

waktu itu kelas 1-3 sma

kini semua itu ada makna

di balik langit kemerahan terdapat sejuta cerita

untuk buah hati yang juga suka

kegirangan melihat langit kemerahan di depan rumah

tanpa halangan

Karanganyar, 6 Maret 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun