Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Puluk, Cara Makan Tidak Menggunakan Sendok

2 Desember 2017   08:13 Diperbarui: 2 Desember 2017   10:04 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap hari, bila tidak memakai kuah, suami selalu makan nasi dengan cara dipuluk. Puluk adalah cara makan langsung memakai jari-jari kita tanpa menggunakan sendok sebagai alat bantu.

Bagi sebagian orang di Karanganyar atau mungkin juga di SOLORAYA, makan dengan cara dipuluk adalah hal yang biasa. Biasanya bila di warung lesehan, yang menunya adalah ayam goreng, bebek goreng, lele goreng, nasi gudang, pecel, trancam dan lain-lain, makan dengan cara dipuluk lebih nikmat.

Makan dipuluk, duduk lesehan bahkan dengan cara kembulan (makan bersama wadahnya hanya satu), nikmatnya tiada tara. Nasi hangat yang sudah dipuluk, dicocolkan ke sambal. Luar biasanya rasanya. Ada rasa kebersamaan ketika makan bersama, kembulan dan dengan cara dipuluk. Sepertinya tidak ada sekat antara satu orang dengan lainnya. Tidak akan ada yang merasa atasan dan menganggap yang lainnya bawahan.

Makan dipuluk dengan kembulan tentu mempererat persaudaraan. Bagi orang yang sering makan bareng secara kembulan dan dipuluk, hal ini tidak menimbulkan perasaan apapun (maaf, tidak jijik). Mungkin ada yang berpendapat makan bareng dalam satu wadah tanpa menggunakan sendok, jijik ah. Monggo, silakan saja berpendapat demikian. Tidak ada yang melarang bila pendapat kita tidak sama.

Kalau belum pernah merasakan makan bersama secara kembulan dan dipuluk, silakan dicoba. Minimal makan secara kembulan dengan saudara atau anggota keluarga kita.

Saya dan keluarga besar sering melakukan hal yang demikian. Kalau pas berkumpul, mudik di rumah Ibu di Mantrijeron, Yogyakarta, selalu ada ritual makan bareng kembulan dan dipuluk. Bahkan minum memakai gelas yang sama dengan saudara, tidak membuat kita merasa jijik. Biasa saja! Dengan catatan bila ada yang kebetulan sakit, harus makan sendiri. Biasanya yang lagi sakit juga sadar diri akan makan dengan piring sendiri.

Makan dengan cara dipuluk dan kembulan memiliki sisi positif yaitu mempererat persaudaraan (entah dengan saudara kandung atau dengan teman. Kalau bukan dengan saudara kandung, sebaiknya jangan bersama lawan jenis).

Selain itu, makan dengan cara dipuluk filosofinya adalah menjaga kesehatan! Jari-jari kita merupakan pengukur suhu yang handal. Tidak mungkin kita akan memaksa makanan yang panas untuk segera dimakan. Mengapa demikian? Karena jari-jari kita untuk mengambil makanan yang masih panas saja tidak mau. kalau jari-jari kita merasa kepanasan dengan makanan yang akan kita konsumsi, berarti mulut, lidah dan alat pencernaan kita juga tidak bisa menerima panas. Lihat saja orang yang makan bakso, soto atau sop yang masih panas, mulut akan kepanasan bila makanan yang panas-panas tersebut masuk mulut. Iya, bukan?

Makan dengan cara dipuluk, ada syaratnya lo! Makanan yang akan kita santap tidak berkuah berlebihan misalnya soto atau bakso! Tangan kita harus benar-benar bersih, tangan harus dicuci terlebih dahulu. Setelah selesai makan, tangan juga harus segera dicuci agar sisa-sisa makanan tidak mengering di jari-jari kita.

Wah, pagi-pagi membicarakan makan dengan cara dipuluk, jadi pingin menghabiskan nasi dan ayam kampung pemberian saudara nih.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun