Meluncurlah kami ke TKP sambil menyempatkan membeli teh hangat dan tempe goreng. Sampai di depan Waris Asih depan SMP N 2 Karanganyar, azan berkumandang. Saya dan Nok Fai berbuka puasa dengan minum teh dan makan tempe. Anak saya menuju Waris Asih. Sebentar kemudian dia keluar dengan wajah berbinar. Sambil menunjukkan bolpoin dia berteriak girang,
“Mami, ada banyak.”
“Beli yang banyak, siapa tahu temanmu ada yang belum dapat.”
Lega, plong.
00000
Kamis, 9 Juli 2015. Setelah shalat subuh Fai sudah diantar ayahnya ke tempat pemberhentian bis. Saya menunggu cerita anak saya selanjutnya setelah dia pulang sekolah. Pulang sekolah dia bercerita kalau sampai sekolah jam 06.00. Itu artinya terlambat 10 menit. Dan teman-temannya yang terlambat banyak sekali. Permasalahannya sama, transportasi terbatas. Sebenarnya tidak dihukum, hanya diceramahi oleh pengurus OSIS. Tapi kok saya tetap tidak terima ya. Berangkat setelah shalat subuh. Apa harus berangkat sebelum subuh?
Kata Fai ketika apel pagi ada yang pingsan. Saya Tanya macam-macam akhirnya Fai bilang,
“Aku nggak akan cerita MOS lagi. Soalnya kalau tidak sesuai dengan keinginan mama, mama nanti mau nulis di media. Ma, peserta MOS itu hepi kok dihukum. Kita guyon-guyon. Kakak kelas akhirnya juga beramah-tamah dengan kami.”
Diam-diam saya perhatikan anak saya. Sepertinya dia tidak terbebani. Alhamdulillah kalau kegiatan MOS menyenangkan. Tapi kalau nanti fisik dan psikisnya terganggu saya akan memberi masukan ke sekolah. Semoga saja kekhawatiran saya tidak menjadi kenyataan.
Hari ini, Jumat, 10 Juli 2015 setelah shalat subuh Fai diantar ayahnya ke tempat pemberhentian bis yang lebih mendekati sekolah. Ya, sudahlah biar mandiri. Semoga sepulang sekolah nanti tidak ada cerita yang tak mengenakkan. Amin.
Karanganyar, 10 Juli 2015