Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Joki Taubat

2 Mei 2015   22:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:26 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lambang menata tanaman dalam pot barang bekas. Beberapa sayuran umur pendek tersebut memang siap panen. Lambang menaruh pot-pot dalam satu rak untuk tanaman yang memiliki umur sama. Tujuannya adalah untuk memudahkan panen.

Di belakang rumahnya Lambang bisa berlama-lama merawat tanaman. Beberapa ternaknya juga dipeliharanya dengan baik. Ada ayam kampung dan burung puyuh yang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Isterinya mendekati seraya berkata,”Pak, ada yang mencari panjenengan.”

“Siapa?”

“Namanya Pak Aris. Aku belum pernah bertemu dengannya.”

Lambang menemui tamunya. Tamu asing yang dia sendiri tidak mengenalnya. Mungkin mereka pernah bertemu tapi Lambang lupa waktu dan tempatnya. Tamunya mengulurkan tangan.

“Saya Aris.”

Tamu tersebut memperkenalkan diri. Lambang mempersilakan Pak Aris untuk duduk. Mereka berbincang tentang keseharian mereka.

“Saya tidak mengenal Bapak sebelumnya,”kata Lambang.

“Saya juga belum pernah mengenal Mas Lambang. Tapi Mas Lambang pernah membantu saya.”

“Mungkin Bapak salah alamat.”

“Tidak, Mas Lambang. Saya dulu pernah panjenengan tolong waktu ujian di sekolah.”

Lambang mencoba mengingat-ingat. Akhirnya ingatannya ke masa lalu. Kala dia membutuhkan uang untuk berobat Ibunya. Ada orang yang menawarinya menjadi joki ujian di sekolah. Bayarannya lumayan, dapat digunakan untuk menebus obat, dan Ibunya bisa sembuh dari sakitnya.

Akan tetapi Ibu tidak tahu asal-muasal uang untuk berobat. Lambang mengaku berhutang pada bosnya. Kebetulan setelah lulus SMK Lambang langsung kerja. Lambang menjual koran dan majalah. Memang keuntungannya lumayan.

Saat itu Lambang mendapat tawaran untuk menjadi pengganti peserta ujian. Mengapa Lambang dipilih? Karena wajah Lambang hampir sama dengan peserta yang digantikan. Lambang menjadi joki ujian! Setelah pekerjaan usai dan Lambang mendapat bayaran, hubungan itu putus. Lambang tidak pernah tahu siapa Aris. Tadi juga sempat kaget, ternyata wajah Aris memang tidak jauh berbeda dengannya.

“Apa maksud kedatangan Bapak di sini?”

“Saya hanya mau mengucapkan terima kasih pada panjenengan. Saya memang harus banyak belajar dari panjenengan.”

“Maaf  Pak, saya sudah bertaubat. Demi Tuhan, menjadi joki tidak menentramkan hati. Jangan ungkit masa lalu saya.”

“Bukan begitu. Justeru ketidakjujuran saya tidak membawa berkah. Saya memang lulus dan dapat diterima bekerja di tempat yang mapan. Tapi rezeki yang saya dapat tidak berkah. Berapapun uang yang saya terima habis begitu saja. Musibah demi musibah datang silih berganti. Mungkin karena saya telah mengambil hak orang lain dengan cara tidak jujur. Akhirnya saya putuskan, sebelum terjadi musibah yang lebih besar, saya mengundurkan diri dari pekerjaan itu. Saya mengikuti ujian penyetaraan, Paket C. Saya mulai dari nol lagi. Akhirnya saya berhasil.”

“Oh, syukurlah. Demi Tuhan jangan ungkit masa itu lagi. Masa di mana saya membutuhkan uang dan mengalami kebuntuan. Tak ada orang yang bisa saya mintai pertolongan, sekedar membeli obat untuk Ibu saya. Seandainya waktu bisa diputar, maka tidak akan mungkin saya melakukan itu. Atau barangkali sepantasnya uang itu saya kembalikan pada Bapak. Dan jangan memberi stempel negatif pada saya.”

Lambang tetap waspada. Orang yang berada di depannya baru dikenalnya, pertama kali ditemuinya. Lambang terus berharap tidak ada siapa-siapa di sekitar mereka. Tidak ada orang yang bersama Aris, lalu menangkapnya. Ketakutan itu muncul lagi. Jangan ada jebakan. Lambang terus berharap, semoga Tuhan menolongnya.

“Maaf, saya tidak bermaksud mengusir Bapak. Tapi sebaiknya Bapak segera meninggalkan tempat ini. Dengan demikian saya juga akan secepatnya melupakan peristiwa itu. Saya mohon, silakan Bapak meninggalkan saya. Saya sudah merasa damai dengan kehidupan saya sekarang ini.”

Aris kemudian pamit. Isteri Lambang mengatakan kalau wajah tamunya agak mirip dengannya. Beruntung isterinya tidak banyak bertanya.

00000

Beberapa hari kemudian Lambang mendapatkan paket. Sebuah mobil bak terbuka tiba di rumahnya. Dua orang dalam mobil keluar. Mereka mengatakan bahwa barang-barang yang dibawa ini untuknya. Barang-barang ini kiriman dari Bapak Aris.

Benih sayuran, pot-pot plastik, polybag, alat semprot dan pupuk. Selain itu ada pakan ayam. Lambang tidak tahu harus mengucapkan apa. Lambang juga tak tahu ke mana dia akan menemukan Pak Aris. Beberapa waktu yang lalu dia tidak menanyakan alamat rumah Pak Aris. Waktu itu dia berpikir tidak penting. Dan berharap tidak akan ada kepentingan dengan Pak Aris lagi.

Lambang yakin Pak Aris benar-benar tulus memberi. Pak Aris telah menemukan jalannya. Dan Lambang juga sudah bertaubat. Perbuatannya menjadi joki merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Kejujuran harus ditegakkan di setiap lini.

Sebelum dua orang tenaga yang menurunkan barang-barang tersebut pergi, Lambang menitipkan salam dan terima kasih untuk Pak Aris. Dua orang tersebut berjanji akan menyampaikan pada juragannya. Yang berinteraksi dengan Pak Aris adalah juragannya. (Selesai)

Karanganyar, 2 Mei 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun