PEREMPUAN PERKASA PENCARI DAMEN
Oleh : Kahfi Noer
Libur kenaikan kelas kali ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. Saya bisa istirahat cukup berada di rumah sambil mengawasi anak yang senang bermain di luar. Sekarang sedang musim panen padi. Namanya juga anak-anak, suka meniru pekerjaan orang dewasa.
Anak laki-laki saya yang berumur 4 tahun, membawa damen (batang padi), ditaruh di atas kepalanya. Hehe, lebay! Setelah itu ditumpuk di garasi (memang menjadi kotor, tapi biarlah. Anak saya memang terobsesi mempunyai sapi sebagai ternaknya. Ceritanya dia lagi mencari pakan ternak).
Seperti waktu-waktu sebelumnya, tiap sawah tetangga kiri kanan (maklum, rumah saya rumah mewah alias mepet sawah) sedang panen, halaman rumah penuh sepeda motor milik buruh panen padi.
Selain buruh panen, ada beberapa perempuan yang mencari rejeki dari rontokan/sisa-sisa gabah yang terbuang. Kebetulan ada dua perempuan masing-masing mengendarai sepeda motor. Saya pikir, dua perempuan tadi mau mencari sisa-sisa padi yang rontok.
Perempuan tadi mengeluarkan pisau cluritnya. Setelah minta ijin yang punya sawah, mereka membabat batang padi yang sudah diambil padinya. Lo, mereka bukan mencari sisa padi yang rontok melainkan mencari damen untuk pakan ternak.
Biasanya yang mencari batang padi/damen untuk pakan ternak adalah para lelaki. Berbaur dengan pencari damen yang lain, dua perempuan perkasa mulai mengumpulkan damen sedikit demi sedikit, lalu diikatnya.
Untuk membawa tumpukan damen dipindah ke atas sepeda motor, bukan pekerjaan yang mudah. Tidak kurang akal, dua perempuan tadi minta bantuan laki-laki yang baru dikenal, yang sama-sama mencari damen untuk menaikkan damen ke atas sepeda motornya.
Pikiran saya, perempuan...., apapun pekerjaan bila masih sanggup untuk melakukan, pasti anggota badannya tidak mau diam. Perempuan-perempuan perkasa di arena sawah ini bukan pemandangan luar biasa.
Di sini biasa saya lihat perempuan-perempuan menanam padi, berangkat dari rumah tengah malam membawa obor. Sebelum subuh kaki-kaki mereka sudah asyik bercumbu dengan genangan air di sawah. Dingin, memang. Demi beberapa lembar ribuan untuk dibawa pulang.
Mereka menanam padi sambil berbincang-bincang memecah sunyi. Saya dengar suara-suara mereka, karena seperti pagi sebelumnya saya sudah beraktivitas di dapur.
Ada perempuan yang membersihkan rumput, bahasa mereka nyosrok. Sekarang sulit mencari buruh tanam, nyosrok, penjemur gabah. Kebanyakan buruh-buruh tani ini usianya tak muda lagi meski belum bisa dibilang renta.
Buruh tani biasanya tenaga lepas. Saya selalu salut melihat mereka, perjuangan perempuan-perempuan perkasa. Mereka tak banyak mengeluh melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan kaum adam. Terutama Perempuan Pencari Damen (sisa batang padi).
Karanganyar, 11 Juli 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H