Dalam lautan literatur kontemporer yang sering kali mendaur ulang formula usang, Brian Khrisna muncul dengan sebuah karya yang tidak hanya segar, tetapi juga menembus lapisan emosi terdalam pembacanya. "Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati" adalah sebuah novel yang sederhana dalam penyajiannya, namun memikul makna yang berat. Saya menemukan buku ini menjadi salah satu penawaran terbaik di tahun 2025 untuk genre slice of life.
Cerita ini berkisar pada perjalanan Ale, seorang pria yang dalam tiga minggu terakhir hidupnya berusaha mencari makna eksistensi. Apa yang membedakan kisah ini dari cerita serupa bukanlah alur besar, melainkan bagaimana Khrisna menangkap keputusasaan, kesedihan, dan keindahan kecil dalam hidup melalui lensa yang begitu manusiawi. Khrisna memanfaatkan detail kecil dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun emosi yang nyata, sesuatu yang jarang dilakukan penulis tanpa jatuh ke dalam jebakan melodrama.
Salah satu kekuatan terbesar dari buku ini adalah bagaimana penulisnya berhasil menggambarkan Ale sebagai seseorang yang sangat relatable. Ale bukanlah pahlawan dengan misi besar, tetapi seseorang yang hanya berusaha memahami hidup yang kadang tak memberikan jawaban. Dengan bahasa yang lugas namun puitis, Khrisna membawa pembaca masuk ke dalam pikiran Ale---termasuk pergulatan batin yang, meski sederhana, terasa sangat mendalam.
Namun, di balik cerita personal Ale, ada refleksi yang lebih luas tentang kehidupan manusia. Bagaimana kita sering kali sibuk mencari makna di tengah kesemrawutan hidup. Buku ini tidak menawarkan jawaban konkret, tetapi justru mengajak pembacanya untuk menemukan jawaban masing-masing melalui perjalanan emosional karakter utamanya.
Yang menarik, Khrisna tidak membuat ini menjadi cerita yang "berat". Sebaliknya, ia memadukan humor tipis dengan refleksi mendalam, sehingga pembaca tidak merasa terjebak dalam narasi yang suram. Bahkan, momen-momen ringan, seperti interaksi Ale dengan pedagang mie ayam atau pengamatannya terhadap orang-orang di sekitarnya, menjadi potongan kecil yang memberi warna pada cerita. Khrisna tahu kapan harus membuat pembacanya tertawa kecil dan kapan harus membuat mereka merenung.
Namun, seperti halnya karya seni lainnya, novel ini tidak sempurna. Menuju akhir, narasi terasa sedikit memadati ruang emosional pembaca, seperti mencoba memasukkan terlalu banyak hal dalam waktu yang sempit. Meski begitu, ini tidak mengurangi kekuatan keseluruhan cerita. Khrisna tetap berhasil menjaga keseimbangan antara kompleksitas narasi dan aksesibilitas bagi pembaca.
"Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati" adalah sebuah pengalaman membaca yang menyentuh hati, bahkan di tengah kesederhanaannya. Khrisna menghadirkan perjalanan batin Ale dengan kejujuran yang membumi dan mampu menciptakan kedekatan emosional dengan pembacanya. Ini bukan hanya cerita tentang Ale, tetapi juga cerita tentang kita semua---manusia yang terus mencari alasan untuk bertahan, bahkan di tengah ketidakpastian.
Untuk penggemar genre slice of life atau pembaca yang menyukai karya yang mengedepankan refleksi hidup, buku ini adalah pilihan yang tidak boleh dilewatkan. Dengan nilai 5 bintang penuh, "Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati" adalah sebuah undangan untuk menyelami rasa hidup, dengan segala pahit manisnya, seperti semangkuk mie ayam yang kita nikmati di tengah hujan. Sebuah kenangan, sebuah rasa, dan sebuah perjalanan yang akan terus melekat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI