Mohon tunggu...
Hilman I.N
Hilman I.N Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri

orang bodoh yang tak kunjung pandai - KH Mustofa Bisri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengelola Uang: Dari Keterampilan Hingga Seni Hidup

26 Januari 2025   21:28 Diperbarui: 26 Januari 2025   22:29 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://static.promediateknologi.id/crop/0x0:0x0/0x0/webp/photo/p2/01/2024/12/04/pexels-karolina-grabowska-7680379-1-1077822426.jpg

Ada sebuah gagasan yang menarik tentang uang: menghasilkan uang adalah keterampilan, menjaga uang adalah disiplin, dan menggandakan uang adalah seni. Ungkapan ini terdengar seperti resep menuju kebebasan finansial, meski realitanya tidak semanis teori. Uang, seperti air, selalu mencari jalan untuk mengalir---dan sering kali, jalan itu justru menuju ke luar dompet.

Menghasilkan uang memang membutuhkan keterampilan. Di era modern, kemampuan ini tidak melulu soal ijazah atau keahlian teknis, tetapi juga kepekaan membaca peluang. Ada yang memulai dari pekerjaan harian, ada yang melirik bisnis kecil-kecilan, dan ada pula yang mendadak kreatif menjual ide. Tapi terkadang, keterampilan ini diuji ketika bertemu dengan kenyataan. Seorang teman pernah berseloroh, "Belajar bertahun-tahun biar bisa kerja, ujung-ujungnya uangnya habis buat beli kopi biar bisa kerja lagi." Meski terdengar lucu, ada kebenaran di balik itu: keterampilan menghasilkan uang harus disertai dengan strategi agar kerja keras tak hanya menghasilkan, tetapi juga memberi nilai.

Namun, menghasilkan uang saja tidak cukup. Tantangan berikutnya adalah menjaga uang itu tetap ada. Di sinilah disiplin berbicara. Disiplin keuangan adalah seni menolak godaan: diskon besar-besaran, makan di restoran mewah, atau teknologi terbaru yang seolah memanggil dari etalase. Dalam hal ini, banyak yang merasa menjadi korban dari kemampuan teknologi pemasaran yang semakin canggih. Pernah merasakan keajaiban ini? Hanya berniat "cuci mata" di e-commerce, tapi tahu-tahu ada notifikasi belanja di kartu kredit. Menjaga uang adalah tentang membangun kebiasaan---menabung, mencatat pengeluaran, dan memastikan uang tidak hilang dalam hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan.

Lalu, datanglah tahap ketiga: menggandakan uang. Di sinilah keuangan mulai menyerupai seni. Menggandakan uang membutuhkan intuisi, pengetahuan, dan keberanian untuk mengambil langkah yang terkadang tidak populer. Ada cerita seorang tetangga yang memutuskan berinvestasi di bidang yang jarang diminati. Banyak yang mencibir, tetapi lima tahun kemudian ia malah membangun rumah baru dari hasilnya. Seni ini mengajarkan bahwa menggandakan uang bukan soal keberuntungan semata, melainkan memahami risiko dan memanfaatkan peluang dengan bijak. Namun, seni ini juga tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, apa yang terlihat seperti peluang justru berujung menjadi pelajaran mahal.

Ketiga aspek ini, keterampilan, disiplin, dan seni, adalah pilar penting dalam perjalanan finansial. Satu tanpa yang lain akan membuat keseimbangan hilang. Keterampilan tanpa disiplin akan membuat penghasilan habis tanpa jejak. Disiplin tanpa seni akan menjadikan uang hanya diam tanpa pertumbuhan. Sementara seni tanpa keterampilan dan disiplin hanyalah mimpi tanpa landasan.

Dalam realitas, uang bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga cerminan dari cara seseorang menjalani hidup. Menghasilkan, menjaga, dan menggandakan uang membutuhkan tidak hanya kemampuan teknis, tetapi juga refleksi yang mendalam tentang apa yang benar-benar penting. Pada akhirnya, kebebasan finansial bukanlah soal angka, melainkan soal memiliki kendali atas pilihan hidup. Dan jika di tengah perjalanan itu ada beberapa tawa kecil karena kesalahan, entah itu tergoda belanja atau investasi yang salah langkah, biarlah itu menjadi bumbu cerita yang membuat perjalanan finansial semakin berwarna.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun