Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur, tidak hanya dikenal sebagai kota besar di tepian Sungai Mahakam, tetapi juga sebagai saksi sejarah panjang yang membentang sejak zaman Kerajaan Kutai Kartanegara. Kota ini tumbuh dan berkembang di antara dinamika budaya, sosial, dan ekonomi yang terus berubah. Hari ini, Samarinda menghadapi tantangan dan peluang baru seiring dengan posisinya yang dekat dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang sedang dibangun.
Sejarah Samarinda erat kaitannya dengan Sungai Mahakam, yang sejak dahulu menjadi pusat perdagangan dan interaksi budaya. Sungai ini menjadi jalur vital yang menghubungkan kawasan pedalaman dengan dunia luar, membawa kekayaan sumber daya alam sekaligus menyebarkan pengaruh budaya. Nama "Samarinda" konon berasal dari kata dalam bahasa Banjar, "sama rendah," yang mencerminkan semangat egaliter masyarakatnya. Kesetaraan sosial ini menjadi karakter khas Samarinda hingga kini.
Namun, pesona kota ini tidak hanya terletak pada sejarahnya, melainkan juga pada upayanya untuk berbenah menghadapi tantangan modern. Salah satu tantangan terbesar adalah masalah banjir yang kerap melanda wilayah ini. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah setempat telah meluncurkan program besar-besaran untuk mengatasi masalah ini. Pelebaran dan pembuatan drainase di hampir setiap sudut kota menjadi prioritas. Langkah ini tidak hanya bertujuan mengurangi dampak banjir, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan nyaman bagi warganya.
Upaya ini sejalan dengan visi Samarinda sebagai kota penyangga IKN. Dengan posisinya yang strategis, Samarinda diharapkan mendapat dampak positif dari pembangunan ibu kota baru, baik dalam bentuk peningkatan infrastruktur maupun percepatan pembangunan ekonomi. Proyek-proyek seperti pelebaran jalan, pengelolaan drainase, dan revitalisasi ruang publik menjadi bagian dari persiapan kota untuk menyambut peran barunya.
Salah satu langkah penting dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat adalah pengembangan ruang terbuka hijau, seperti Tepian Mahakam. Kawasan ini dirancang menjadi tempat rekreasi sekaligus simbol kota yang ramah lingkungan. Jalur pedestrian dan trotoar di berbagai titik kota juga diperbaiki, memberikan akses yang lebih nyaman bagi pejalan kaki. Pemerintah setempat juga menerapkan pengawasan yang efektif terhadap pedagang kaki lima. Tanpa razia yang agresif, pendekatan sosialisasi dan pengawasan rutin berhasil menciptakan tatanan kota yang lebih rapi dan tertib.
Pembangunan infrastruktur ini tidak hanya berhenti pada pengelolaan ruang publik. Sektor pendidikan juga mendapat perhatian serius. Beberapa sekolah telah mengalami perbaikan fasilitas, memberikan suasana belajar yang lebih baik bagi siswa. Hal ini menunjukkan komitmen Samarinda dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung pembangunan jangka panjang.
Namun, pembangunan fisik saja tidak cukup. Kota ini juga menghadapi tantangan sosial yang memerlukan perhatian serius, seperti kesenjangan ekonomi, urbanisasi, dan kebutuhan akan layanan kesehatan yang lebih baik. Program pelatihan kerja, pemberdayaan perempuan, dan pendidikan berbasis komunitas menjadi langkah strategis yang diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan ini. Urbanisasi yang pesat memang sering menciptakan jurang antara kawasan pusat dan pinggiran kota, tetapi dengan pendekatan inklusif, Samarinda berupaya memastikan bahwa pembangunan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Salah satu kekuatan terbesar Samarinda terletak pada masyarakatnya yang ramah dan terbuka. Pendatang dari berbagai daerah diterima dengan hangat dan dianggap sebagai bagian dari komunitas. Tradisi ini mencerminkan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Samarinda. Nilai-nilai kebersamaan ini menjadi fondasi bagi upaya pembangunan yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat.
Pada perayaan hari jadinya yang ke-357, Samarinda mengusung tema "Harmoni dalam Perubahan, Maju Bersama Budaya." Tema ini mencerminkan aspirasi masyarakat untuk menjaga keseimbangan antara modernitas dan pelestarian budaya. Samarinda tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pada pelestarian nilai-nilai lokal yang telah menjadi identitas kota ini selama berabad-abad.
Dalam perjalanan panjangnya, Samarinda telah menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya. Kota ini adalah simbol dari harmoni antara masa lalu dan masa depan, tradisi dan modernitas. Dengan semangat kolektif dan kerja sama masyarakat, Samarinda memiliki potensi besar untuk terus tumbuh sebagai kota yang tidak hanya maju secara fisik, tetapi juga kaya secara sosial dan budaya. Dalam konteks Indonesia yang terus berkembang, Samarinda menjadi cerminan harapan akan masa depan yang lebih baik, tidak hanya untuk Kalimantan Timur, tetapi juga untuk seluruh negeri.