Mohon tunggu...
Hilman I.N
Hilman I.N Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri

Penyuka film, sains dan teknologi, sejarah, dan filsafat. Film memberi saya perspektif baru, sains teknologi menarik karena perkembangannya, sejarah membantu memahami perjalanan manusia, dan filsafat mengasah pemikiran mendalam.

Selanjutnya

Tutup

New World

Bitcoin Menuju $1 Juta: Analisis Transformasi Ekonomi Global melalui Mata Uang Digital

23 Januari 2025   09:28 Diperbarui: 23 Januari 2025   10:08 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suber: https://pintu.co.id/news/29324-bitcoin-vs-dolar-as

Dalam konteks evolusi sistem keuangan global, Bitcoin muncul sebagai entitas disruptif yang menawarkan solusi radikal terhadap problematika moneter dunia. Samson Mow, CEO Jan3, mengemukakan pandangan visioner bahwa Bitcoin dapat mencapai valuasi $1 juta dalam waktu dekat. Pernyataan ini tidak hanya menarik perhatian karena proyeksi nilai yang tinggi tetapi juga karena gagasan bahwa Bitcoin suatu saat akan menggantikan dolar AS sebagai aset dasar ekonomi global.

Meskipun terdengar utopis bagi sebagian pihak, gagasan ini memperoleh relevansi ketika dianalisis melalui lensa situasi ekonomi makro. Utang nasional Amerika Serikat, yang kini melampaui Produk Domestik Bruto (PDB)-nya, disertai pembayaran bunga tahunan mendekati $1 triliun, menciptakan tekanan struktural signifikan. Menurut Mow, opsi yang tersisa adalah "jubilee utang", penghapusan utang secara besar-besaran atau transisi menuju sistem mata uang baru. Dalam lanskap digital saat ini, Bitcoin hadir sebagai kandidat utama.

Dengan total pasokan terbatas pada 21 juta koin, Bitcoin menawarkan atribut kelangkaan yang tidak dimiliki oleh mata uang fiat seperti dolar, yang terus terdevaluasi akibat inflasi dan pencetakan uang tanpa batas. Melalui mekanisme blockchain, Bitcoin menjamin transparansi dan keamanan tanpa memerlukan intervensi otoritas pusat. Wacana penyandaran ulang dolar terhadap Bitcoin ("rebasing") pun mulai mengemuka sebagai alternatif rasional. Dalam skenario ini, satu satoshi, unit terkecil Bitcoin, dapat setara dengan satu dolar, seperti yang diilustrasikan oleh Mow.

Penyandaran dolar ke Bitcoin, atau rebase, adalah ide yang didasarkan pada krisis kepercayaan terhadap sistem moneter fiat. Ketergantungan global pada dolar AS menciptakan ketidakseimbangan struktural, terutama di negara-negara berkembang yang sering terjebak dalam utang dolar. Ketika AS mencetak uang dalam jumlah besar untuk menutupi defisitnya, nilai dolar mengalami devaluasi, yang secara langsung berdampak pada negara-negara tersebut.

Melalui rebase, dolar akan dihubungkan dengan Bitcoin, sehingga nilai dolar bergantung pada pasokan Bitcoin yang terbatas. Dampaknya adalah peningkatan stabilitas moneter global, mengurangi ketergantungan pada kebijakan moneter AS, dan mendorong adopsi Bitcoin sebagai standar ekonomi universal. Di sisi lain, tantangan utama adalah resistensi dari institusi keuangan tradisional, volatilitas nilai Bitcoin saat ini, dan kebutuhan akan infrastruktur teknologi yang memadai untuk mendukung adopsi ini.

Namun, implementasi transisi semacam itu tidak tanpa hambatan. Mata uang fiat selama ini menjadi alat kendali bagi pemerintah dan institusi keuangan global, seperti IMF dan Bank Dunia. Kasus El Salvador, yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran sah, menunjukkan tekanan signifikan dari IMF untuk membatalkan kebijakan tersebut. Bahkan di negara-negara seperti Suriname, langkah menuju adopsi Bitcoin terhenti akibat intervensi eksternal.

Kekhawatiran institusi global terhadap Bitcoin berakar pada potensi ancamannya terhadap status quo sistem keuangan tradisional, yang sangat bergantung pada utang sebagai motor penggerak. Negara-negara berkembang sering kali terjebak dalam lingkaran utang yang sulit dihindari, memperkuat ketergantungan pada kreditur internasional. Bitcoin, dengan sifat desentralisasinya, menawarkan jalan keluar dari siklus ini. Sebuah negara yang mengadopsi Bitcoin dapat memanfaatkan kelebihan energi untuk menambang koin digital, menciptakan kekayaan independen dari sistem pinjaman konvensional.

Bitcoin juga menarik perhatian korporasi besar. Perusahaan seperti MicroStrategy telah menggunakan Bitcoin sebagai cadangan kas strategis, sebuah langkah yang kini mulai diikuti oleh lebih banyak entitas. Dalam konteks ini, Bitcoin berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang merusak nilai aset berbasis dolar.

Namun, adopsi Bitcoin sebagai alat tukar tetap menjadi tantangan. Infrastruktur dompet digital yang belum ramah pengguna menjadi hambatan utama. Untuk mengatasi ini, Jan3 mengembangkan Aqua Wallet, sebuah dompet Bitcoin berbasis teknologi lapisan kedua seperti Liquid, yang dirancang untuk mempercepat dan mempermudah transaksi.

Selain Bitcoin, stablecoin berbasis dolar seperti Tether telah mengalami peningkatan adopsi di negara berkembang, di mana stabilitas nilai dolar menjadi kebutuhan utama. Fenomena ini menciptakan tantangan bagi komunitas Bitcoin untuk mengintegrasikan tren ini dalam strategi adopsi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun