"Kecintaan-mu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli". [HR Abu Dawud]"
Kisah di sebuah kota kecil yang diselimuti oleh keheningan malam, terdapat seorang wanita bernama Maya. Maya, dengan paras cantik dan semangat hidup penuh rasa optimis, hidup seorang diri setelah melalui masa cerai dengan suaminya. Meskipun hidupnya telah berpisah dari pasangannya, Maya tetap menjalani kehidupannya dengan tertib dan tertata rapi. Baginya, keteraturan dalam ibadah dan kebersihan adalah hal yang sangat penting bahkan pertama dan utama. Dia juga tidak menyukai bahkan menjauhi keberadaan teman laki-laki yang tidak rapih atau bahkan seorang perokok.
Suatu hari, melalui dunia maya yang luas, Maya bertemu dengan seorang pria bernama Andri. Andri, seorang duda dengan nasib yang serupa, dengan cepat menarik perhatian Maya. Meskipun Andri memiliki kebiasaan yang bertolak belakang dengan Maya, seperti kebiasaannya sebagai perokok berat dan kurangnya keteraturan dalam penampilan, Maya merasa terikat dengannya. Akhirnya cinta tumbuh di antara mereka dengan cepat, tanpa menyadari bahwa perbedaan-perbedaan itu sebenarnya adalah tanda peringatan.
Andri, dalam diam-diamnya, berharap agar cintanya terbalas oleh Maya. Namun, Maya, terlena oleh cinta yang membutakan dengan kebaradaan Andri yang hidupnya bertolak belakang dengan Maya. Padahal seharusnya, Maya berani mengatakan kepadanya, "Jika engkau sungguh-sungguh mencintaiku, aku mohon berhentilah merokok dan belajarlah hidup dengan rapi." Namun hal itu tidak Maya katakan karena kecintaannya yang telah tumbuh begitu cepat dan diselimuti kabut rasa.
Cinta mereka terus berkembang, meskipun Maya menyadari bahwa perbedaan-perbedaan itu semakin membuat jarak di antara mereka. Maya, yang semakin terlena oleh cinta, menjadi seperti wanita yang murah, mengabaikan prinsip-prinsipnya sendiri hanya demi cinta kepada Andri.
Dalam kebingungannya, Maya memahami bahwa cinta itu memang dapat membuat buta dan tuli. Benar bahwa cinta seseorang terhadap seseorang sering membuat buta alias gelap mata. Sering berakhir dengan pendewaan terhadap kekasih, toleransi yang berlebihan, menutup mata terhadap keburukan, dan ketidakadilan.
Begitu pula dengan seseorang yang mengalami rasa cinta sering membuatnya jadi tuli, seperti penolakan terhadap kritik, ketidakmampuan menerima kebenaran, penolakan terhadap nasehat, dan pengutamaan suara kekasih.
Akhirnya dampak negatif dari cinta yang salah pun mulai terasa bagi Maya. Dia mengalami stres berat. Dia juga terpisah dari keluarga dan teman-teman dekatnya, pemborosan waktu dan uang untuk kebahagiaan semu, serta menjauhnya Maya dari prinsip-prinsip agamanya adalah beberapa dampak yang dirasakannya.
Dalam perenungannya, Maya mulai memahami bahwa cinta buta memang benar-benar ada dan terjadi pada dirinya. Terlepas dari keindahan yang terasa, cinta bisa membuatnya sulit untuk melihat kebenaran. Dia menyadari bahwa cinta buta bisa dimulai ketika seseorang mendekati orang yang dicintainya, dan otaknya mulai mengurangi penilaian terhadap kepribadian orang tersebut.
Namun dalam kebimbangan dan kekhawatirannya, Maya-pun menyadari bahwa cinta buta tidaklah abadi. Biasanya, saat seseorang mengalami patah hati, barulah dia akan melihat kekurangan dari orang yang dicintainya. Meskipun terlambat, Maya menyadari bahwa penting bagi dirinya untuk mengatasi cinta buta tersebut sebelum lebih banyak waktu terbuang sia-sia.