Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, peran media sosial telah menjadi semakin dominan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya generasi milenial. Media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, TikTok dan platform lainnya tidak hanya sekadar menjadi alat untuk berinteraksi dan berkomunikasi tetapi telah berkembang menjadi sebuah fenomena sosial yang menciptakan budaya baru yang sering kali disamakan dengan agama.
Bahkan mereka sudah menganggap media sosial sebagai agama itu sendiri. Nah jika ajaran agama itu sumber kebernaran dalam perilaku, maka ketika seseorang mempercayai begitu saja informasi dari media sosial, maka ia telah menjadikannya sebagai agama. Dia sudah menjadikannya penuntun aktivitas sehari-hari. Maka jika seseorang tanpa kritis mengecek kebenaran informasi di media sosial, berarti telah nyata bahwa ia telah menganggap media sosial sebagai agama.
Di negara-negara maju misalnya, televisi telah lama dianggap dan bertindak sebagai "tuhan kedua" karena apa yang diajarkan di Televisi begitu mudah ditiru dan diikuti oleh pemiarsanya.
Tentu saja pernyataan-pernyataan tersebut di atas bukanlah untuk meremehkan peran agama yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat. Jusru penulis bermaksud mengembalikan peran suci agama itu sendiri. Artinya, jangan sampai terjadi seseorang menyamakan media sosial sebagai agama.
Walaupun, memang, media sosial telah menawarkan masyarakat milenial berbagai macam bentuk pengalaman yang sebelumnya tidak mungkin terjadi. Dari membangun jaringan sosial yang luas hingga menyediakan platform untuk mengekspresikan diri secara bebas, media sosial telah menjadi jendela dunia digital yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Pengkaji media dan budaya, Idy Subandi Ibrahim dan Bachruddin Ali Akhmad (2014), Â telah menggunakan beberapa pendekatan untuk memahami arti penting sosio-kultural media dalam kehidupan sehari-hari: Penjelasan singkatnya sebagai berikut:
Media sebagai Pembentuk
Pendekatan ini melihat media sebagai kekuatan yang aktif membentuk pandangan dunia, nilai-nilai, dan identitas sosial masyarakat. Media memiliki kemampuan untuk memengaruhi pikiran, sikap, dan perilaku individu dan kelompok melalui narasi, representasi, dan pesan yang disampaikannya.
Media sebagai Cermin
Dalam pendekatan ini, media dianggap sebagai cermin yang mencerminkan realitas sosial, budaya, dan politik masyarakat. Media mencerminkan dan merepresentasikan berbagai aspek kehidupan sehari-hari, baik yang nyata maupun yang dibuat-buat, dan memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat memahami dan menginterpretasi dunia di sekitarnya.
Media sebagai Pengemas